Singapura (ANTARA) - Harga minyak tergelincir di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, karena prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut di Amerika Serikat dan Eropa untuk meredam inflasi dan penerapan pembatasan ketat COVID-19 di China menekan prospek permintaan global.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 78 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 86,01 dolar AS per barel pada pukul 00.40 GMT, setelah menetap 4,1 persen lebih tinggi pada Jumat (9/9/2022).
Sementara itu, minyak mentah Brent berada diperdagangkan di 92,11 dolar AS per barel, kehilangan 73 sen atau 0,8 persen, setelah melonjak 3,9 persen di sesi sebelumnya.
Harga sedikit berubah minggu lalu karena keuntungan dari pengurangan pasokan nominal oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, diimbangi oleh penguncian yang sedang berlangsung di China, importir minyak mentah utama dunia.
Permintaan minyak China dapat berkontraksi untuk pertama kalinya dalam dua dekade tahun ini, karena kebijakan nol-COVID Beijing membuat orang tetap di rumah selama liburan dan mengurangi konsumsi bahan bakar.
"Kekhawatiran permintaan berpusat pada dampak kenaikan suku bunga untuk memerangi inflasi dan kebijakan nol COVID China," tulis analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Bank Sentral Eropa (ECB) dan Federal Reserve siap untuk meningkatkan suku bunga lebih lanjut guna mengatasi inflasi, yang dapat mengangkat nilai dolar AS terhadap mata uang utama lainnya dan membuat minyak dalam denominasi dolar lebih mahal bagi investor.
Namun, harga minyak global mungkin rebound menuju akhir tahun - pasokan diperkirakan akan semakin ketat ketika embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia mulai berlaku pada 5 Desember.
G7 akan menerapkan batas harga minyak Rusia untuk membatasi pendapatan ekspor minyak Rusia yang menguntungkan setelah invasi ke Ukraina pada Februari, dan berencana untuk mengambil langkah-langkah guna memastikan bahwa minyak masih bisa mengalir ke negara-negara berkembang. Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus".
Baca juga: Harga minyak naik empat persen akibat pelemahan dolar dan ancaman pasokan
Baca juga: Harga minyak mentah naik di Asia, di tengah penjatahan energi Eropa
Berita Lainnya
Film "Ambyar Mak Byar" telah merilis teaser poster terbaru
16 November 2024 13:28 WIB
Ribuan warga kibarkan bendera Indonesia dan Palestina di Perairan Selat Sunda
16 November 2024 13:18 WIB
Presiden Vietnam yakin Indonesia akan unggul di kepemimpinan Prabowo Subianto
16 November 2024 13:05 WIB
Dokter: Air minum dalam kemasan galon tidak menyebabkan kemandulan pria
16 November 2024 13:00 WIB
UNIFIL sebut markasnya dihantam sebuah peluru artileri di Lebanon selatan
16 November 2024 12:45 WIB
Rusia berharap dapat lanjutkan dialog dengan AS usai kemenangan Donald Trump
16 November 2024 12:06 WIB
Presiden Prabowo Subianto bertemu PM Luxon bahas perdagangan hingga inovasi
16 November 2024 11:53 WIB
PT PAL dan Kemhan laksanakan proses keel laying kapal Fregat Merah Putih ke-2
16 November 2024 11:35 WIB