Mantan Bupati dan mantan Ketua DPRD Kampar bantu program ketahanan pangan

id Pangan,pangankampar

Mantan Bupati dan mantan Ketua DPRD Kampar bantu program ketahanan pangan

Mantan Bupati dan Mantan Ketua DPRD Kampar saat meninjau rice milling. (ANTARA/Netty M)

Bangkinang Kota (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kampar di bawah kepemimpinan Kamsol telah mencanangkan Kampar akan memiliki produk beras sendiri dengan merek Ulu Kasok.

Dalam waktu dekat akan dilakukan peluncuran perdana beras merek Ulu Kasok ini yang rencananya pada (12/8).

Mendengar itu, mantan Bupati Jefry Noer dan mantan Ketua DPRD Kampar Masnur meninjau lokasi penggilingan padi (rice milling) di Desa Pulau Kecamatan Bangkinang.

Kedua mantan pejabat ini sangat mendukung program pencanangan beras Ulu Kasok. Mereka melihat tekat dan semangat Penjabat Bupati Kampar Kamsol begitu tinggi untuk membangun Kampar terutama untuk permasalahan ketahanan pangan.

Jefry Noer menyampaikan bahwa dia bersama mantan Ketua DPRD Kampar Masnur sudah meninjau langsung ke lokasi penggilingan padi itu.

"Saya udah melihat ricemilling bersama tim yang dipercaya oleh Pak Kamsol, saran saya agar dilakukan uji coba dulu berapa kapasitas pengering yang ada, setelah itu baru dipasang mesin penggilingnya," ujarnya, Jumat.

Saat peninjauan itu, Ketua Kelompok Tani Al Hidayah Desa Muara Uwai dan anggota Koperasi KTNA Mardison juga hadir disana bersama tim ketahanan pangan yang dihadiri Kepala Dinas Pertanian Nur Ilahi bersama staf.

"Saya melihat semangat, niat tulus pak Kamsol begitu tinggi membangun Kampar," kata dia.

Mesin pengering dan penggiling padi milik Pemda Kampar itu sejak dibeli semasa ia memimpin belum pernah di uji coba, maka seiring dengan program bupati ini ada baiknya di uji coba dulu agar apa yang diharapkan bupati segera terwujud.

Langkah awal, agar Kampar segera memiliki beras sendiri dapat dibantu beras dari pelanggan Mardison yang sudah mencapai 6 ton per bulan. Beras itu dapat dikemas langsung dengan karung yang telah diberi merek Ulu Kasok.

Hasil diskusi bersama ketua Kelompok Tani dan tim ketahanan pangan untuk penanaman awal 400 ha itu ada kendala.

Di antara kendala itu adalah masalah pengairan untuk ke sawah dan adanya komitmen untuk pengembangan penanaman padi dengan hasil maksimal.

Ia menyarankan untuk program ketahanan pangan dengan penanaman padi berteknologi ini harus membuat demplot sebagai contoh kepada masyarakat agar dapat diyakini dengan menggunakan teknologi yang modern dapat menghasilkan padi secara maksimal.

Saat ini, masyarakat hanya menghasilkan sebanyak 3 ton karena pengairan sangat minim, sedangkan Ketua kelompok tani Al Hidayah Desa Muara Uwai dan anggota Koperasi KTNA Mardison ini bisa menghasilkan padi sebanyak 8 ton per hektar karena pengairannya cukup dan dia buat sumur sendiri.