Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun ke level terendah dalam tiga bulan di awal perdagangan Asia pada Rabu, karena data persediaan AS menunjukkan penumpukan minyak mentah dan produk olahan di tengah meningkatnya kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Minyak mentah berjangka Brent turun 68 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 98,81 dolar AS per barel pada pukul 00.02 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 72 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 95,12 dolar AS per barel.
Investor telah menjual posisi minyak di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif untuk membendung inflasi akan memacu penurunan ekonomi yang akan memukul permintaan minyak. Harga turun lebih dari 7,0 persen di sesi sebelumnya di tengah perdagangan yang bergejolak.
Pembatasan perjalanan COVID-19 yang diperbarui di China juga membebani pasar. Beberapa kota di ekonomi terbesar kedua di dunia telah mengadopsi pembatasan baru, dari penutupan bisnis hingga penguncian yang lebih luas, dalam upaya untuk mengendalikan infeksi baru dari subvarian virus yang sangat menular.
Sementara itu stok minyak mentah AS naik sekitar 4,8 juta barel untuk pekan yang berakhir 8 Juli. Persediaan bensin naik 3 juta barel, sementara stok sulingan naik sekitar 3,3 juta barel, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API), Selasa (12/7/2022).
Pada Selasa (12/7/20220 indeks dolar, yang melacak mata uang terhadap sekeranjang enam mata uang mitra, juga naik pada pagi hari ke 108,56, level tertinggi sejak Oktober 2002.
Minyak umumnya dihargai dalam dolar AS, sehingga greenback yang lebih kuat membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Investor juga cenderung melihat dolar sebagai tempat yang aman selama volatilitas pasar.
Baca juga: Kegagalan terapkan batas harga minyak Rusia dapat dongkrak kenaikan harga
Baca juga: Harga minyak turun di perdagangan Asia, COVID baru di China pangkas permintaan