Melbourne (ANTARA) - Harga minyak naik tipis di sesi Asia pada Jumat sore, karena pasar mengabaikan keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi dan mempertanyakan apakah produksi tambahan akan menebus hilangnya pasokan Rusia dan memenuhi permintaan China yang meningkat di tengah pelonggaran pembatasan COVID.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 7 sen menjadi diperdagangkan di 116,94 dolar AS per barel pada pukul 06.40 GMT, sementara harga minyak mentah berjangka Brent naik 18 sen menjadi diperdagangkan di 117,79 dolar AS per barel.
Keputusan pada Kamis (2/6/2022) oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, untuk meningkatkan produksi sebesar 648.000 barel per hari (bph) pada Juli dan Agustus, alih-alih sebesar 432.000 barel per hari seperti yang disepakati sebelumnya, dipandang tidak cukup untuk pasar yang ketat.
Kenaikan dibagi secara proporsional di seluruh negara anggota, tetapi dengan Rusia termasuk dalam pakta dan anggota seperti Angola dan Nigeria sudah gagal memenuhi target mereka, para analis mengatakan peningkatan pasokan kemungkinan akan kurang dari volume yang diumumkan.
"Fakta bahwa Rusia tetap berada dalam kelompok menunjukkan bahwa produksi dari aliansi akan terus berjuang untuk memenuhi, bahkan peningkatan kecil dalam kenaikan kuota ini," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Produksi Rusia telah turun satu juta barel per hari sejak invasinya ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus", dan kemungkinan akan turun lebih jauh ketika larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia dimulai, kata analis ANZ.
"Dengan kata lain, para pedagang berpikir peningkatan tambahan terlalu kecil dibandingkan dengan meningkatnya risiko pasokan turun dari embargo Uni Eropa di tengah perkiraan peningkatan permintaan dari China," kata Managing Partner SPI Asset Management, Stephen Innes.
Dengan penurunan kasus COVID-19 setiap hari, pusat keuangan China Shanghai dan ibu kota Beijing, telah melonggarkan pembatasan COVID-19 minggu ini. Pemerintah pusat China menjanjikan dukungan luas untuk merangsang ekonomi negara itu, yang diharapkan menargetkan sektor-sektor dengan intensitas bahan bakar tinggi seperti infrastruktur dan konstruksi properti.
Namun para analis memperingatkan tentang risiko penurunan permintaan dan harga minyak, karena Beijing tidak mengubah sikapnya terhadap aturan COVID-19.
"Pembukaan kembali China dari penguncian COVID positif untuk permintaan untuk saat ini tetapi negara itu mempertahankan kebijakan nol-COVID sehingga penguncian cepat dapat dengan cepat mengikis dampak ini," kata analis dari National Australia Bank dalam sebuah catatan.
Meskipun harga minyak Brent berada di jalur untuk jatuh minggu ini, WTI berada di jalur untuk kenaikan mingguan keenam karena pasokan AS terlihat sangat ketat, mendorong pembicaraan tentang pembatasan ekspor bahan bakar atau windfall profits tax (pajak rezeki nomplok/keuntungan tak terduga) pada produsen minyak dan gas.
Data pemerintah pada Kamis (2/6/2022) menunjukkan stok minyak mentah AS turun jauh lebih dari yang diharapkan dalam seminggu hingga 27 Mei dan persediaan bensin turun, menentang ekspektasi untuk peningkatan.