Kiev (ANTARA) - Kerabat para pejuang Ukraina yang tinggal selama berminggu-minggu di pabrik baja Azovstal yang terkepung mengatakan pada Senin (30/5) bahwa mereka tidak menerima berita tentang keberadaan orang yang mereka cintai.
Sejak para pejuang itu dievakuasi ke daerah Ukraina yang dikuasai Rusia, tak ada kabar tentang mereka.
Ketidakpastian menyelimuti nasib ratusan pejuang itu, sebagian besar dari batalyon Azov, yang ditahan Rusia pada pertengahan Mei.
Para pejuang tersebut pada dasarnya diperintahkan untuk menyerahkan diri ketika pasukan Rusia menggempur pabrik dan kota terdekat Mariupol di Ukraina selatan.
Para kerabat pejuang itu, semuanya perempuan, mengatakan mereka telah membentuk Dewan Istri dan Ibu, untuk memastikan para pejuang diperlakukan sesuai dengan Konvensi Jenewa tentang tawanan perang.
"Kami diminta untuk tetap diam agar tidak memperburuk keadaan," kata Tetyana Horko, saudara perempuan komandan marinir Serhiy Horko, dalam konferensi pers.
"Tapi orang tidak boleh berpikir bahwa kisah pahlawan Azovstal sudah berakhir. Mereka membutuhkan dukungan, mereka perlu dibawa pulang."
Sandra Krotevich, saudara perempuan wakil komandan pertama resimen Azov, Bohdan Krotevich, mengatakan bahwa kerabat tidak tahu apa yang terjadi pada para pejuang yang ditahan.
"Di mana mereka, apa yang terjadi pada mereka, dalam kondisi apa mereka, kami tidak tahu," kata Krotevich.
"Kami sangat berharap Rusia memperlakukan mereka sesuai dengan Konvensi Jenewa, sesuai dengan hukum internasional seperti Ukraina memperlakukan tawanan perang Rusia."
Natalia Zarytska, istri seorang prajurit resimen Azov, mengatakan dia telah dihubungi oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC), yang membantu mengawasi evakuasi massal.
"Saya diberi tahu sudah ada daftar bahwa dia meninggalkan pabrik Azovstal tapi pertanyaan saya --apakah dia masih hidup, dalam kondisi apa dia, di mana mereka dibawa-- tak satu pun dijawab," kata Zarytska.
Dia mengatakan dia melihat sedikit bukti aktivitas ICRC, tapi menambahkan dia ingin perwakilannya hadir bersama para pejuang itu "untuk memastikan Konvensi Jenewa dipatuhi".
Pihak-pihak berwenang Ukraina mengatakan mereka mengharapkan para pejuang itu menjadi bagian dari pertukaran dengan tawanan perang Ukraina.
Beberapa politisi Rusia telah menyarankan para pejuang Azov, bagian dari milisi sayap kanan sebelum dimasukkan ke dalam Garda Nasional Ukraina pada tahun 2014, harus diadili.
Para pejuang itu telah bersumpah untuk tidak pernah menyerah kepada pasukan Rusia, yang menggempur pabrik dan jaringan terowongan di bawahnya.
Tapi, pihak berwenang pada dasarnya memerintahkan mereka untuk menyerah, dengan mengatakan bahwa misi mereka membela Ukraina telah selesai.
Sebelum para pejuang menyerah, ada ratusan warga sipil yang bersembunyi di lantai bawah tanah bersama mereka.
Baca juga: Ingin akhiri perang, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy siap bertemu Putin
Baca juga: Ekonom: Dampak ekonomi kepada Indonsia dari perang Rusia-Ukraina relatif kecil
Sumber: Reuters
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB