Asiong Diprotes Tekan Harga Sawit

id asiong diprotes, tekan harga sawit

Bangkinang, (Antarariau.com) - Petani warga Desa Kota Garo Kecamatan Tapung Hilir menyampaikan protes terhadap PT SBAL (Sekar Bumi Alam Lestari) melalui direksinya Asiona yang bergerak di sektor perkebunan sawit, karena menetapkan harga beli buah kelapa sawit Rp1.122 per kilogram, lebih murah dari perusahaan lain.

Protes datang dari Sulaiman, Ketua Kelompok Tani Ikatan Petani sawit (IPS) Kota Garo. “Ini keterlaluan, harga sawit petani dibeli murah sekali, Rp1.122, kami saja selaku Kelompok Tani membeli buah sawit masyarakat seharga Rp1.200 per kilogram,“ ujarnya.

Sementara perusahaan lain mampu membeli sawit petani seharga Rp1.330 seperti perusahaan PKS BMK, bahkan PT Bina Fitri Jaya membeli seharga Rp1.480 per kilogram nya, “Kalau seharga itu lalu ditambah potongan pajak, bagaimana nasib petani itu, “ kata dia.

“Hal ini sudah berlangsung selama tujuh bulan, masyarakat sudah tidak tahan lagi atas tindakan semena-mena perusahan PT SBAL ini, tolong pikirkan nasib petani kecil, “ ucap Sulaiman bernada kesal.

Ketua KKMM, Yardin Duha, mengaku sudah menghubungi Asiong, Direksi PT SBAL tersebut. Ia mempertanyakan masalah harga sawit itu, “Saya sudah menelpon Asiong, Direksi PT SBAL mempertanyakan harga sawit yang dibeli dengan harga paling murah itu, saya minta agar harga disesuaikan dengan perusahaan lain, namun kami hanya mendapatkan jawaban yang terkesan mengelak, jawabanya saya sedang di Jakarta, lagi sibuk, “ katanya

Yardin merasa sangat kesal atas tindakan perusaahaan tersebut. “Jangan dijajah lagi masyarakat ini, jangan dibodoh-bodohi lagi, kalau tidak ada juga penyelesaian sepulangnya Asiong dari Jakarta, kami akan melaporkan masalah ini ke Pemdakab Kampar agar dicarikan solusi, kasihan warga “ ujarnya.

Hal lain disampaikan Dalisman, SP, kontraktor desa, turut menyampaikan kekesalan terhadap PT SBAL, sebab menurutnya perusahaan itu tidak mempedulikan masyarakat tempatan, baik dalam perekrutan karyawan maupun tidak memberikan peluang pekerjaan untuk masyarakat, seperti pencucian parit, pekerjaan di perumahan kawasan perusahaan diberikan kepada kontraktor luar, dan warga merasa dijajah dan menjadi penonton saja.