Beijing (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Kamis pagi, karena investor menguangkan keuntungan dari kenaikan dua persen di sesi sebelumnya setelah Federal Reserve AS mengindikasikan kenaikan suku bunga Maret, yang mengarah ke koreksi teknis di pasar energi yang melonjak.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 31 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 89,65 dolar AS per barel pada pukul 01.22 GMT, setelah melonjak sekitar 2,0 persen mencapai 90 dolar AS per barel untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun pada Rabu (26/1/2022).
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga merosot 26 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 87,09 dolar AS per barel, setelah menguat 2,0 persen di sesi sebelumnya.
Baca juga: China laporkan impor pertama minyak mentah dari Iran sejak Desember 2020
Kontrak berjangka mundur di tengah penurunan yang lebih luas di pasar keuangan yang dipicu oleh kenaikan suku bunga Maret yang dikirim oleh Fed dan lonjakan dolar AS. Harga minyak mentah telah melonjak di tengah ketegangan antara Ukraina dan Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia, yang telah memicu kekhawatiran gangguan gas alam ke Eropa.
"Tantangan pasokan yang berkelanjutan dan meningkatnya ketegangan Rusia-Ukraina terus mendukung harga minyak mentah. Ini sedikit turun hari ini tapi saya pikir itu tidak lebih dari langkah teknis," kata Howie Lee, ekonom di OCBC di Singapura.
Sementara ketegangan Rusia-Ukraina memiliki peran dalam mengangkat harga minyak, "tantangan pasokan nyata baik di dalam OPEC dan AS ... telah menjadi pendorong utama dalam mendorong pasar lebih tinggi," kata Lee, mengacu pada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
OPEC melewatkan target peningkatan pasokan yang direncanakan pada Desember, menyoroti kendala kapasitas yang membatasi pasokan karena permintaan global pulih dari pandemi COVID-19.
Baca juga: Harga minyak mentah turun beruntun di Asia, tertekan spekulasi pasokan
OPEC+, yang mencakup OPEC dan sekutu lainnya seperti Rusia, secara bertahap melonggarkan pengurangan produksi tahun 2020 karena permintaan pulih dari penurunan permintaan tahun itu. Tetapi banyak produsen yang lebih kecil tidak dapat meningkatkan pasokan dan yang lain waspada untuk memompa terlalu banyak jika terjadi kemunduran COVID-19 yang baru.
Peningkatan persediaan minyak mentah dan bensin di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar dunia, mengurangi beberapa kekhawatiran tentang pasokan.
Persediaan minyak mentah naik 2,4 juta barel dalam seminggu hingga 21 Januari menjadi 416,2 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 728.000 barel, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu (26/1/2022).
Sementara itu, persediaan bensin naik 1,3 juta barel pekan lalu menjadi 247,9 juta barel, kata EIA, terbesar sejak Februari 2021.
Baca juga: Minyak mentah naik di Asia, OPEC+ diperkirakan hentikan penambahan pasokan
Berita Lainnya
Pohon tumbang di Jalan Tomang Raya akibat akar yang sudah busuk
18 April 2024 17:00 WIB
Retno Marsudi tegaskan Indonesia tak ingin melihat eskalasi konflik di Timur Tengah
18 April 2024 16:42 WIB
Sambut Hari Bakti Pemasyarakatan, Kanwil Kemenkumham Riau gelar donor darah
18 April 2024 16:28 WIB
53 rumah WNI bakal direlokasi pasca-kesepakatan batas Indonesia - Malaysia
18 April 2024 16:22 WIB
Suho EXO akan gelar konser solo pada 10 Agustus di Jakarta
18 April 2024 15:53 WIB
DPR RI dan Dubes Slovakia untuk Indonesia bahas kerja sama bidang pangan dan energi
18 April 2024 15:42 WIB
TNI AL siapkan KRI Halasan lakukan uji tembak rudal pada Latopslagab 2024
18 April 2024 15:33 WIB
Menimbang opsi terbaik untuk menjaga kestabilan kurs rupiah
18 April 2024 15:05 WIB