Sekjen PBB Antonio Guterres nyatakan yakin Rusia tak bakal serang Ukraina

id Berita hari ini, berita riau terbaru,berita riau antara,Rusia

Sekjen PBB Antonio Guterres nyatakan yakin Rusia tak bakal serang Ukraina

Citra satelit memperlihatkan keberadaan tenda-tenda dan barak pasukan Rusia di Yelnya, Rusia. Gambar diambil pada 19 Januari 2022. (ANTARA/©2022 Maxar)

Washington (ANTARA) - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Jumat (21/1) menyatakan yakin bahwa Rusia tidak akan menyerang Ukraina.

Pernyataan Guterres tersebut muncul pada saat negara bekas republik Soviet itu sedang mengerahkan pasukannya ke bagian utara, selatan, dan timur wilayahnya.

"Setiap invasi dari satu negara ke negara lain merupakan pelanggaran hukum internasional, dan saya harap bahwa ini, tentunya, tidak akan terjadi dalam keadaan ini," kata Guterres kepada awak media di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.

Baca juga: Sekjen PBB Antonio Guterres serukan negosiasi AS-China terkait perdagangan, teknologi

"Saya yakin tidak akan terjadi. Dan saya sangat berharap (keyakinan) ini benar."

Amerika Serikat bersama sejumlah sekutunya di Eropa telah mewanti-wanti bahwa Rusia sedang menyiapkan tahapan untuk invasi ke Ukraina dan telah mengerahkan lebih dari 100.000 pasukan di perbatasannya dengan Ukraina.

Rusia juga mengerahkan tank dan artileri yang signifikan ke kawasan perbatasan itu.

Pemerintah Rusia menyangkal sedang mempersiapkan serangan militer. Moskow menyatakan bahwa pasukannya berada di sana untuk menggelar latihan militer rutin.

Baca juga: Sekjen PBB peringatkan utang tak terkendali akan "khianati" pemulihan global

Pasukan Rusia juga telah berkumpul di sekutu Belarus, negara yang berada persis di utara Ukraina.

Kremlin, kantor presiden Rusia, mengeklaim bahwa pasukannya di sana juga akan berpartisipasi dalam latihan militer. Selain itu, Moskow juga meningkatkan jumlah pasukannya di Krimea.

Pada 2014, Rusia merebut Semenanjung Krimea di Ukraina dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui secara internasional dan dinyatakan ilegal menurut hukum internasional.

Pada saat itu, Moskow juga mulai mendukung kelompok separatis di Ukraina timur, kebijakan yang berjalan selama delapan tahun.

Menurut PBB, pertempuran antara pasukan pemerintah Ukraina dan kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina timur telah menelan lebih dari 13.000 korban jiwa sejak 2014.

Baca juga: Utusan PBB desak negara-negara ASEAN lakukan pendekatan inklusif pada krisis Myanmar

Sumber: Anadolu