Selatpanjang (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kepulauan Meranti menutup Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah di Jalan Rumbia, Selatpanjang Kota, Kecamatan Tebingtinggi.
Penutupan tersebut lantaran mengganggu kenyamanan dan warga setempat dan fasilitas umum yang tak jauh dari lokasi TPS, seperti sekolah dan kantor kecamatan. Ditambah lagi ketika terkena air hujan, aroma tidak sedap dari sampah merebak kemana-mana.
Sampah yang dibuang masyarakat ke bak kontainer yang disediakan di tepi jalan, tampak tidak terkontrol dengan baik. Tiap hari sampah organik dan non organik yang menumpuk sampai berserakan di badan jalan.
"Sengaja kita tutup, sebab sangat mengganggu kenyamanan. Di sana ada sekolah MTS Negeri dan kantor kecamatan, sehingga tidak layak TPS berada di sana," ujar Sekretaris DLH Kepulauan Meranti, Juwita Ratna Sari kepada ANTARA, Selasa.
Meski sudah ditutup, kata Ratna, pihaknya segera menyediakan tempat sementara untuk peletakan bak kontainer sampah yang jauh dari fasilitas umum dan pemukiman warga. Di tempat lama (Rumbia) masyarakat tidak dibenarkan lagi membuang sampah di sana.
"Ini khusus untuk wilayah Selatpanjang, bak sampah akan diletakkan di lokasi yang telah ditentukan di masing-masing kelurahan. Jadi masyarakat yang berada kelurahan tersebut tidak perlu lagi membuang sampah ke tempat lain," kata Ratna.
Dijelaskan dia, untuk lokasi bak sampah atau TPS saat ini dialihkan ke Jalan Nelayan, Selatpanjang Kota yang berada tepat di belakang kantor PLN area Dumai cabang Selatpanjang.
"Untuk sementara ini, TPS kita alihkan di belakang kantor PLN. Di sana sudah disiapkan bak sampah. Kemudian di tiap kelurahan akan kita atur ulang dimana lokasi yang layak. Nanti kita dudukkan dulu dengan pihak camat, karena ini wilayah mereka," tutur Ratna.
Tak hanya itu, mantan Camat Tebingtinggi itu juga mengubah waktu operasional pengangkutan sampah oleh petugas menjadi empat kali angkut dalam satu hari. Ia tidak menginginkan sampah dibiarkan menumpuk berlama-lama.
Waktunya dimulai dari shift pagi pukul 05.00 WIB, kemudian dilanjutkan pada pukul 09.00 WIB. Pada shift siang dari pukul 13.00 WIB dan dilanjutkan sore pukul 17.00 WIB.
"Sebelumnya satu hari itu satu kali dan dua kali pengangkutan. Tapi sekarang saya ganti 4 kali sehari, agar lebih maksimal. Saya tidak mau ada lagi sampah yang berserakan di jalan-jalan protokol. Begitu bak penuh, langsung diangkut," bebernya.
Ia juga mengingatkan kepada masyarakat agar membuang sampah ke lokasi yang telah ditentukan. Bagi yang menaruh di depan rumah diminta menyesuaikan dengan jam operasional petugas.
"Diharapkan masyarakat mengikuti arahan dari kita, buanglah sampah pada tempat yang disediakan. Kalau tidak dimulai dari kita, siapa lagi. Untuk itu, marilah kita jaga kota ini tetap indah dan bersih dari sampah," ajak Ratna.
Dia mengakui persoalan sampah tidak akan ada henti-hentinya jika tanpa tindakan. Semuanya tergantung bagaimana cara mengatasi tanpa merugikan semua pihak dan memberi manfaat kepada masyarakat itu sendiri.
"Kita tidak ingin sampah dibuang ke TPA(Tempat Penampungan Akhir) Gogok, dan terus menerus menggunung begitu saja. Itu tidak akan selesai mengatasi persoalan sampah. Rencana saya di sana nanti akan dibuat tempat pengolahan sampah menjadi barang bermanfaat, sehingga sampah dapat diminimalisir," harap Ratna.
Berita Lainnya
Warga Meranti keluhkan lokasi pengeboran minyak dijadikan TPS, tercium bau busuk
09 February 2022 20:43 WIB
Kabel aki ekskavator sampah dicuri, kerja DLH Meranti jadi terhambat
14 June 2021 15:53 WIB
Armada bermasalah, DLH Meranti terpaksa angkut sampah secara manual
07 April 2021 20:49 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB