Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meminta sekolah menengah kejuruan (SMK) memastikan lulusannya memiliki keterampilan.
"Saya senang ketika SMK terus berbenah memastikan bahwa anak-anak didik benar-benar mendapatkan layanan berkualitas. SMK harus lebih berkualitas dibandingkan sekolah menengah umum," ujar Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti dalam peluncuran Teaching Factory di SMKN 57 Jakarta, Jakarta, Rabu.
Dia menambahkan para pendidik harus memastikan lulusan SMK memiliki keterampilan yang cukup dan memadai yang diharapkan dapat bekerja dan juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Menurut dia, lulusan SMK harus memiliki kesejahteraan yang baik pula karena memiliki keterampilan.
Baca juga: Program SMK Vokasi RAPP, dorong peningkatan SDM
Kepala sekolah SMK memiliki tugas sebagai pemimpin di sekolah agar sekolahnya dapat berkembang, memiliki mitra dengan industri agar siswanya dpaat diajar dengan tepat dan memiliki guru yang baik pula.
"Juga perlu dilakukan penilaian yang betul, karena yang tahu lulusan atau tidak bukan kita sebagai penyelenggara, tetapi dalam hal ini dunia usaha dan industri," kata dia.
Teaching Factory yang diselenggarakan Kemendikbudristek memiliki makna yang berbeda, karena memastikan siswa SMK memiliki pengalaman yang lebih. Dengan memastikan praktik dalam prakti nyata dan tidak sebatas buku yang dibaca. "Mari kita bekerja bersama untuk meningkatkan kualitas SMK," terang dia.
Baca juga: Dua SMK di Riau-PT Arara Abadi kerjasama tingkatkan daya saing lulusan
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto mengatakan Teaching Factory diikuti sebanyak 60 SMK. Sementara jumlah SMK yang mengajukan proposal sebanyak 949 sekolah.
"Kami juga meminta SMK tersebut untuk melakukan penajaman ide, pelatihan dari pihak industri maupun praktisi," kata Wikan.
Baca juga: Persiapkan lulusan SMK masuk dunia kerja
Kemendikbudristek kemudian memberikan pendanaan mulai dari Rp400 juta hingga Rp450 juta. Hasilnya sebagian besar SMK sudah memiliki omset mulai Rp3.000.000 hingga miliaran rupiah setiap bulan.
"Misalnya SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo yang berhasil memproduksi alat kesehatan dan juga banyak rumah sakit yang sudah memesannya," jelas Wikan.