Dorong gunakan mobil listrik, Presiden Joko Widodo ingin neraca pembayaran surplus

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, mobil listrik

Dorong gunakan mobil listrik, Presiden Joko Widodo ingin neraca pembayaran surplus

Presiden Joko Widodo saat memberikan arahan kepada Dewan Komisaris dan Direksi PT Pertamina dan PT PLN di Istana Kepresidenan Bogor, pada Selasa, (16/11/2021). (ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden-Muchlis Jr/pri.)

Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pemerintah memiliki tujuan besar untuk memberi keuntungan (surplus) ke neraca pembayaran Indonesia yang selama puluhan tahun terkendala tingginya impor minyak.

Karena itu Presiden mendorong penggunaan mobil listrik dan juga kompor listrik untuk mengurangi kebutuhan minyak dan gas (migas).

Baca juga: Presiden Jokowi sebut ekonomi domestik terus merangkak naik karena COVID-19 terkendali

"Kalau kita bisa mengalihkan itu ke energi yang lain, misalnya mobil diganti listrik semuanya, gas rumah tangga diganti listrik semuanya, karena di PLN over supply (kelebihan pasokan) artinya supply dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina jadi turun," kata Presiden Jokowi dalam arahannya kepada Komisaris serta Direksi Pertamina dan PLN, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/11) sebagaimana video yang diunggah kanal Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu.

Dengan mengoptimalkan penggunaan listrik dari PT PLN (Persero), maka masalah pasokan listrik berlebih PLN dapat diatasi, sekaligus juga menurunkan impor minyak oleh PT Pertamina (Persero).

Jika impor minyak berhasil dikurangi, lanjutnya, maka akan berdampak positif kepada neraca transaksi berjalan dan neraca pembayaran Indonesia.

Baca juga: Presiden Jokowi apresiasi kontribusi Muhammadiyah saat pandemi COVID-19

"Goal (tujuan) besarnya adalah negara ini akan memperoleh keuntungan dalam bentuk neraca pembayaran kita yang sudah berpuluh tahun kita tidak bisa selesaikan, karena problemnya impor minyak kita terlalu besar sekali," kata Presiden Jokowi.

Menurunnya impor minyak juga akan membuat Pertamina dapat mengurangi kebutuhan dolar AS di pasar keuangan sehingga akan memperkuat nilai tukar mata uang rupiah. Jika kurs rupiah menguat karena impor yang terus menurun, ekonomi Indonesia secara fundamental akan lebih berdaya tahan dan berdaya saing.

"(Mempengaruhi) yang namanya kurs dolar kita karena setiap bulan Pertamina harus menyediakan pembelian dolar AS di pasar dalam jumlah yang tidak kecil, besar sekali," ujarnya.

Baca juga: Jokowi: percepat realisasi APBN dan APBD dorong stimulus perekonomian masyarakat

Presiden Jokowi juga meminta PLN untuk menyiapkan transisi energi dari sumber daya fosil ke sumber daya yang ramah lingkungan (ekonomi hijau).

"Ini bisa segera dilakukan, ada target misalnya 2022 karena (2021) tinggal sebulan. Misalnya (2022) 5.000 megawatt harus geser dari coal(batu bara) ke bisa hydropower, bisa geothermal, bisa ke solar panel, silakan, tapi memang harus sudah ada tahapan tahapan seperti itu," ujar Presiden Jokowi.

Baca juga: Presiden Jokowi sebut kebijakan PPnBM merupakan relaksasi industri otomotif saat pandemi

Presiden menegaskan transisi energi fosil ke energi hijau merupakan keharusan yang harus dilakukan seluruh pihak, termasuk BUMN sektor energi seperti PLN dan Pertamina.

"Memang untuk kepentingan yang lebih baik, untuk anak cucu kita. Jadi mau tidak mau yang namanya transisi energi menuju ke sebuah energi hijau harus. Itu sudah nggak bisa tawar menawar," ujar Presiden Jokowi.

Baca juga: Presiden Jokowi beri hadiah tas tradisional Papua kepada Menlu Selandia Baru