Lika-liku Kematian dan Bangkitnya Arwah Bustarizal

id lika-liku kematian, dan bangkitnya, arwah bustarizal

Lika-liku Kematian dan Bangkitnya Arwah Bustarizal

"Selamat siang Pak' RT...!," sapa seorang pewarta kepada pria berkumis yang tengah sibuk membersihkan sejumlah galon air mineral diteras rumah pemilik plang nama "Ketua RT 02/RW 01 Kelurahan Delima, Kecamatan Tampan", Senin (21/1).

Sedikit terkejut, pria bertubuh kurus itu kemudian bersahut; "Ya, ada apa..? Ada yang bisa saya bantu ?" Dengan nada sedikit merayu, si pewarta kembali menyapa untuk memastikan "apakah benar ini rumah pak' RT 02." Pria berambut cepak itu tidak membantahnya dan mempersilahkan duduk seorang tamunya dengan amat sopan.

Tepat pukul 10.00 WIB, pembicaraan serius kedua pria ini tentang misteri surat kematian Bustarizal pun dimulai. "Ehemm..ehemm, anda dari mana ?" tanya pria yang seraya memperkenalkan diri bernama Syamsulrizal.

Sekilas tentang pemeran utama pada topik kali ini. Bustarizal merupakan staf Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Riau yang ditetapkan sebagai tersangka kasus pemalsuan Penetapan Angka Kredit (PAK) ribuan guru ditahun 2010. Ia juga dinyatakan sebagai buronan yang telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Polda Riau setelah sempat menghilang dan dinyatakan telah meninggal dunia di Mekkah saat Umroh pada tahun 2010.

Namun belakangan, beberapa warga dan staf LPMP serta kalangan wartawan memergoki seorang pria mirip Bustarizal berkeliaran di Bank Riau dan Kepulauan Riau yang berlokasi di Jalan Sudirman Pekanbaru, hanya berjarak sekitar 200 meter dari Markas Polda Riau.

Hasil penelusuran menguatkan pria itu benar Bustarizal, seorang buronan Polda Riau dan juga juru kunci kasus pemalsuan PAK 1.820 guru sejak tahun 2010.

Terlebih, data PT Taspen menyebutkan Bustarizal merupakan peserta aktif di LPMP dengan golongan pegawai III C hingga saat ini.

Begitu juga PT Askes yang masih mencatat buronan ini sebagai peserta aktif yang sempat menggunakan kartu Askesnya di salah satu rumah sakit di Pekanbaru pada tahun 2011.

"Ehemm...ehemm... " Syamsulrizal Ketua RT 02 yang akrab disapa Rizal ini sudah lebih dua tahun menjabat sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT) 02 di lingkup Rukun Warga (RW) 01, Kelurahan Delima, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.

Ia mengaku telah tinggal di kompleks permukiman padat penduduk itu sejak 12 tahun silam. "Namun menjabat sebagai Ketua RT, baru sekitar dua tahun lebih. Sebelumnya Ketua RT dijabat oleh Bahruslim," katanya.

Di lingkungan ini, dahulu sempat tinggal tersangka DPO Bustarizal. "Namun sejak dia menjadi DPO dan dinyatakan meninggal dunia, rumahnya kemudian dijual oleh keluarganya. Sekarang keluarganya tinggal dimana, saya tidak tahu persis," katanya.

Gang Delima VII menjadi saksi bisu untuk misteri Bustarizal. "Benar, Bustarizal sempat dinyatakan telah meninggal dunia seiring dengan penetapannya sebagai tersangka Polda Riau di tahun 2010 silam. Namun ketika itu, saya belum menjabat sebagai Ketua RT," kata Rizal.

Ia menjelaskan, diatahun 2010, jabatan Ketua RT masih diduduki oleh Bahruslim yang kini tinggal di Jalan Garuda, berjarak sekitar 600 meter dari kediamannya.

"Arwah" Bustarizal

Informasi mengejutkan keluar dari mulut Ketua RT 02 ini. Dia mengaku juga sempat bertemu dengan pria mirip Bustarizal saat tengah mengendarai sepeda motor yang sama ketika awak media sempat memergokinya beberapa hari lalu di Bank Riau dan Kepulauan Riau.

"Sepeda motornya saya tahu, Honda Vario bernomor polisi BA 6162 BS kan ?'. Saya juga sempat melihatnya di sekitar lingkungan ini," kata Rizal.

Ketika itu, demikian Rizal, DPO itu hanya sekilas terlihat, namun tidak hanya dirinya. "Banyak juga warga sini yang sempat memergoki Bustarizal. Sekitar satu bulan atau dua bulan lalu juga ada warga yang menganal Bustarizal memergokinya di jalan," katanya.

Aneh tapi nyata, seorang DPO yang sebelumnya sempat dinyatakan telah meninggal dunia, ternyata "hidup kembali".

"Saya memang mengetahui, Ketua RT yang lama, memberi rekomendasi untuk penerbitan surat kematian Bustarizal. Kalau saya RT-nya waktu itu, tidak akan saya lakukan," katanya.

Keberadaan buronan ini memang masih misterius. Raganya yang sesekali muncul dan kerap "menghilang kembali" menimbulkan pertanyaan besar bagi khalayak. "Ada apa ini sebenarnya..."

Terlebih, buronan ini ternyata masih terdaftar sebagai pegawai negeri sipil (PNS) yang aktif menerima gaji meski telah dinyatakan meninggal dunia.

"Saya pun heran, kasusnya waktu itu (tahun 2010) tenggelam begitu saja. Tidak ada tindak lanjut setelah penerbitan surat kematian itu. Bahkan tayangan media kala itu hanya sekali saja. Ada apa..?" ungkapnya.

Bustarizal Royal

Selama tinggal di Gang Delima VII, RT 02/RW 01 Kelurahan Delima, Kecamatan Tampan, Bustarizal dikenal sebagai kepribadian yang royal.

Setiap tamu yang berkunjung ke rumahnya, demikian Ketua RT 02, selalu diberikan uang dengan nilai yang besar oleh buronan itu. "Paling sedikit Rp50 ribu. Itu pun untuk anak-anak," katanya.

Belum lagi ketika ada sumbangan untuk berbagai kegiatan lingkungan, menurut dia, sang buronan itu selalu memberikan sumbangan yang begitu besar. "Yang jelas lebih besar dibandingkan dengan sumbangan warga-warga lainnya," kata dia.

Ketika itu, kata dia, Bustarizal semasa tinggal di lingkungan itu juga memiliki usaha rental komputer yang kerap dijadikan sebagai kantor pribadinya.

"Banyak juga karyawannya ketika itu. Saya mengetahuinya karena saya tinggal di lingkungan ini sudah 12 tahun. Saya mencurigai, di rumahnya lah dia mengerjakan hal-hal yang kini menjadi kasus itu," katanya.

Namun semenjak ditetapkan sebagai tersangka dan buronan, demikian Rizal, Bustarizal terus menghilang. Rumahnya pun akhirnya dijual dengan harga yang relatif murah.

"Harganya berapa saya kurang tahu persis. Tapi sepertinya menjualnya itu mendadak dan pasti murah," katanya.

Meski telah dikabarkan meninggal dunia saat menjalan Umroh di Mekkah, namun Rizal meyakini DPO itu masih hidup.

"Pasalnya, tidak hanya saya yang pernah melihat pria mirip Bustarizal. Warga lainnya juga pernah melihat pria mirip Bustarizal tidak jauh dari lingkungan ini. Harusnya, kasus ini memang dibuka kembali karena banyak kejanggalan," katanya.

Terlebih, kata dia, Ketua RT 02 yang lama beberapa waktu setelah menerbitkan surat kematian Bustarizal, memilih untuk mengundurkan diri. "Ketika itu, saya dipercaya warga untuk menggantikannya," kata dia.

Sayangnya, ketika wartawan mengunjungi kediaman Bahrulsim, Ketua RT 02 lama yang diduga menerbitkan surat kematian Bustarizal tengah tidak berada di tempat.

"Besok mungkin baru balik," kata seorang remaja penghuni rumah bercat hijau muda itu, mengaku sebagai anak dari Bahruslim.