Kemitraan wujudkan mimpi Firdaus jadi entrepreneur muda

id Kerang batu,Kerang batu rohil, pertamina

Kemitraan wujudkan mimpi Firdaus jadi entrepreneur muda

Petambak Rokan Hilir panen Kerang Batu memakai mesin agar lebih maksimal. (ANTARA/dok)

Pekanbaru (ANTARA) - Rasa bahagia terpancar di wajah Firdaus (28) saat melihat hasil panen perdana Kerang Batu di Pulau Beting Kayat, Bangko, Rokan Hilir, Riau pada pertengahan Oktober 2021.

"Panen hari itu dihentikan setelah memperoleh sekitar enam ton sesuai yang diminta oleh agen penampung. Alhamdulillah, ini panen perdana saya walau baru 30 persen dari luasan satu petak lahan tanam hasilnya memuaskan," katanya kepada ANTARA di Pekanbaru, Sabtu.

Padahal, dari dua petak lahan tambak Kerang Batu yang dimilikinya bisa menghasilkan hingga puluhan ton. Lahan-lahan ini berukuran 200 x 200 meter di Pulau Beting Kayat dan 450 x 100 meter di Pulau Berkey.

Firdaus memanen Kerang Batu bersama empat pekerjanya yang juga teman-temannya. Keempat orang ini berbagi tugas yakni dua orang memakai mesin bertangkai panjang guna menjangkau kerang berukuran besar yang terdapat di dasar pantai.

Dua pekerja lainnya memilih dan mengemas kerang batu yang layak panen ke karung goni, menggunakan keranjang berlubang ukuran tertentu.

Pada saat yang sama, Firdaus memakai alat tangkap mesin bertangkai panjang yang diarahkannya ke dasar pantai guna menjaring kerang batu dengan kapal motor berjalan perlahan-lahan.

Cara ini dinilai dapat memanen lebih cepat dan memperoleh kerang batu lebih banyak saat pasang air laut ketimbang mengandalkan papan selancar saat surut air.

Panen berlimpah

Seiring mentari tenggelam di ufuk barat, Firdaus dengan empat pekerjanya kembali ke darat membawa hasil panen kerang batu untuk dijual kepada penampung.

Harga kerang saat panen ini lumayan bagus juga Rp8.000 per kilogram, jika panen ada enam ton mereka bisa mendapatkan uang sekitar Rp48 juta.

Sebelumnya, Firdaus hendak memperlihatkan hasil panen Kerang Batu kepada istrinya, Nunung Lestari (26) sebagai hasil kerja keras dia selama ini.

Saat melepas lelah di antara tumpukan kerang batu, Firdaus seolah tak percaya telah menjadi petambak, sesuai cita-citanya dan mengikuti jejak kedua saudaranya.

Semula Firdaus bekerja sambil belajar tambak kerang batu di tempat usahamilik kakaknya yang bernama Anan (35) selama empat tahun. Dia hanya diberikan upah sebesar Rp100.000-Rp300.000 sekali pergi ke sana untuk merawat hewan tersebut.

Kalaupun Firdaus diberikan tambahan upah dari Anan, itupun hanya saat panen kerang sebagai bonus.

Namun, dia tidak pernah mengeluh bayaran yang diperolehnya karena dia menilai ilmu adalah segalanya guna membangun usahanya pada suatu saat nanti.

Anan berhasil sebagai petambak kerang batu bukan tanpa kerja keras yang dilakoninya. Ia pernah merantau ke Malaysia bekerja sebagai penjual bibit kerang pada suatu perusahaan.

"Abang saya sudah sukses jadi petambak kerang batu. Saya juga ingin seperti dia, makanya belajar darinya," tutur Firdaus.

Firdaus juga mau menjadi petambak kerang batu dan memotivasi keberhasilan penduduk di sekitar wilayah usahanya. Dari hasil ini, dia berangan-angan merenovasi rumah orangtuanya.

Tabur awal tahun

Kerang Batu memiliki nama latin crassostrea gigasmerupakan salah satu jenis kerang dengan habitat di wilayah perairan pasifik seperti Rokan Hilir.

Untuk memperoleh hewan ini di pantai atau pesisir perlu menggali dahulu lantaran dia suka membenamkan diri ke dalam pasir berlumpur.

Kerang batu berukuran sedang yang didapatkan bisa mencapai sekitar 4 cm -10 cm, bahkan di alam liar sampai sekitar 20 cm. Bibit ini hanya bisa diperoleh dari pengepul alami pada Oktober sampai Maret di Sungai Daun yang terdapat di Pulau Rohil.

Bibit Kerang Batu siap di tabur pada lahan antara bulan Januari-Februari (ANTARA/Vera)


Untuk lahan seluas 50 meter dapat disebar 20 kaleng berisi kerang batu yang dihargai penjualnya Rp280.000 per kaleng. Penaburan ini harus memperhatikan iklim dan pasang surut air laut lantaran ini berpengaruh bagi keselamatan hidupnya.

Kalau bibit kerang batu ditebar antara November hingga Desember saat musim hujan, maka air di pinggir pantai tawar bisa merusak hewan tersebut. Petani bisa merugi karena panen tidak sesuai harapan.

"Waktu yang bagus menaburi bibit kerang biasa dilakukan bulan Januari - Februari untuk menghindari musim penghujan," ujarnya.

Selain itu, proses perawatan juga jadi unsur yang penting bagi Kerang Batu, walau tidak perlu diberi makan, namun ada kalanya kalau pembatas lahan berupa ijuk terlepas karena hempasan ombak maka kerang akan hanyut ke lahan orang.

Untuk itu, Firdaus melihat dan merawat kerang batu di Pulau Beting Kayat dan di Pulau Berkey sebanyak tiga kali selama sepekan, ditambah sehari-hari dilakukan juga oleh dua penjaga.

Kemitraan Pertamina

Keberhasilan Firdaus sebagai petambak kerang batu tidak terlepas dari dukungan modal yang dia peroleh. Selama ini rata-rata petani tambak di RokanHilir masih mengadopsi sistem ijon untuk mendapatkan dana untuk pembiayaan.

Tidak jarang kondisi ini membuat ratusan petambak sulit maju dan sukses, karena mereka hanya tergantung pada hasil panen yang nantinya harus dipasarkan pada pemberi dana. Hal ini juga dipicu kurangnya keberanian dan pengetahuan untuk mau berusaha karena takut risiko gagal panen.

Pemilik modal kecil hanya ingin cari aman dan merasa cukup dengan penghasilan yang seadanya saja yang penting bisa membuat dapur berasap.

"Ada puluhan petambak yang dimodali sama pemilik uang dengan sistem semua dibiayai sejak awal nanti setelah panen modal dikembalikan, lalu sisa panen atau keuntungan dibagi dua dan di situ petambak baru mendapat penghasilan," kata Firdaus.

Walau hanya lulusan SMA Firdaus tidak mau terlibat dengan sistem itu, ia bersama istrinya Nunung mencoba cara lain dengan memanfaatkan pembiayaan dari Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I lewat Program Kemitraan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang diketahui informasi ini dari saudara mertuanya.

Kesibukan dia sebagai petambak Kerang Batu membuat pengajuan ini dilakukan melalui Nunung.

Dengan demikian, Nunung mengurus surat kepemilikan lahan tanah sebagai persyaratan agunan pengajuan pinjaman. Dari pengajuan ini Firdaus memperoleh pinjaman sebesar Rp75 juta pada sekitar pertengahan Januari 2021 dengan cicilan sebesar Rp2.330.000 selama tiga tahun.

"Saya memakai uang itu untuk membeli lahan satu bidang untuk memperluas tabur kerang, setelah itu membeli kapal untuk alat transportasi ke pulau merawat tambak, kemudian membeli bibit kerang batu sebanyak 120 kaleng," ujar Firdaus.

Dari besaran pinjaman ke Pertamina diperkirakan Firdaus bisa menghasilkan dua kali lipatnya hanya dari sekali tabur benih kerang batu.

Angka ini dihitung hanya 30 persen dari luas dua lahan tambak Kerang Batunya yang baru dipanen sudah menghasilkan enam ton senilai Rp48 juta. Jadi, jika satu lahan mampu menghasilkan 18 ton yang dikali harga jual Rp8.000 per kilogram, maka ini akan diperoleh hasil Rp144 juta.

"Kalau Allah mengijinkan dalam musim panen kali ini saya akan kembalikan dan lunasi hutang saya, dan sisanya masih ada saya akan putarkan lagi," tuturnya.

Pada kesempatan terpisah Senior Supervisor CSR & SMEPP Sumbagut T. Muhammad Rum membenarkan Firdaus adalah mitra binaan Pertamina yang menerima pinjaman lunak tahun Program Kemitraan UMKM Periode 2020/2021.

"Firdaus pinjam Rp75 juta ia kategori lancar, tidak pernah nunggak," katanya.

Untuk wilayah Provinsi Riau Pertamina telah memberikan pembiayaan UMKM melalui Program Kemitraan sebesar Rp11,093 miliar bagi 169 mitra usaha ini sepanjang 2020-2021.

"Turun tipis dari tahun 2019-2020 yang mencapai Rp13,473 miliar dengan 220 mitra," ucapnya.

Selain bantuan modal Pertamina juga memberikan pembinaan bagi UMKM yang sudah menjadi mitra. Upaya Pertamina untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri dilakukan melalui Program SMEPP (Small Medium Enterprise Partnership Program). Program ini dilakukan dengan menyalurkan dana pinjaman, pendampingan, serta pembinaan usaha.

Penyaluran Dana Pinjaman Program Pendanaan UMK diberikan dengan nilai hingga Rp250 juta dan jasa administrasi sebesar 6 persen per tahun dengan tenor maksimal 3 tahun. Selain bantuan permodalan, Pertamina juga memberikan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi mitra binaannya sehingga dapat bersaing menjadi tangguh dan mandiri.

Kemudian, dalam rangka mendukung upaya UMKM naik kelas, Pertamina melakukan pembenahan yang lebih terstruktur melalui penyelenggaraan Kurikulum UMKM yang terdiri dari beberapa tahapan modul, yaitu tahapan Go Modern, Go Digital, Go Online dan Go Global. Program pelatihan yang diberikan ini mencakup upskilling bidang keuangan, promosi dan Marketing 4.0 agar dapat memahami cara pembuatan dan pengelolaan akun IG MB, yakni @gen_umkm dan pendaftaran via market place, serta kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas para mitra binaan.

Pembinaan lainnya diwujudkan dalam bentuk pengembangan bisnis hingga pemasaran produk yang dihasilkan oleh mitra binaan dengan berpartisipasi dalam berbagai pameran, pop-up market di berbagai pusat perbelanjaan, UMKM Center dan Business Matching.