Jakarta (ANTARA) - Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk mulai mengisi media sosial (medsos) dengan konten positif yang mengandung budaya luhur Indonesia sehingga intervensi ideologi dan budaya asing dapat dilawan.
"Mari kita isi konten-konten di media sosial dengan konten positif yang digali dari Bumi Pertiwi, agama, dan budaya luhur bangsa kita," pesan Arief Hidayat saat menjadi narasumber dalam seminar nasional Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar, bertajuk Nilai-Nilai Etik dalam Proses Peradilan di Mahkamah Konstitusi yang disiarkan secara langsung dalam kanal YouTube Official UIN Alauddin, dipantau dari Jakarta, Jumat.
Baca juga: Psikolog ingatkan generasi muda untuk kontrol penggunaan media sosial
Pesan yang dia sampaikan itu tidak terlepas dari pengamatannya terhadap kondisi saat ini yang masuk ke dalam era disrupsi teknologi, yaitu adanya kemajuan yang luar biasa di bidang tersebut.
Kemajuan tersebut pun membawa dunia menjadi makin sempit. Ideologi dan budaya asing dapat dengan mudah memengaruhi masyarakat di Indonesia yang mengakses teknologi internet, khususnya media sosial.
Baca juga: Staf Ahli Menko Polhukam minta warga untuk laporkan indikasi gerakan radikal di medsos
Dengan demikian, salah satu dampak paling berbahaya yang muncul setelahnya adalah masyarakat mulai meninggalkan ideologi, budaya, bahkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
"Kalau tidak beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan teknologi itu, kita akan tercabut dari akar budaya kita," kata Arief Hidayat.
Ia juga menjelaskan bahwa masyarakat dan generasi muda yang mengisi konten media sosial dengan nilai-nilai luhur budaya itu secara tidak langsung berperan untuk meningkatkan ketahanan di bidang budaya, hukum, keamanan, dan bidang lainnya demi memperteguh ideologi, budaya, dan nilai-nilai luhur Indonesia.
Baca juga: GoFood dan TikTok beri edukasi pemasaran secara digital melalui medsos untuk UMKM kuliner
Pada era disrupsi teknologi, kata Arief, memang ada sisi positif yang memudahkan masyarakat mendapatkan informasi dari seluruh belahan dunia. Namun, ada pula sisi negatif yang perlu diwaspadai. Salah satu sisi negatif yang berbahaya itu adalah kebohongan yang menyamar sebagai kebenaran.
"Kita harus berhati-hati menggunakan media sosial karena sekarang eranya post-truth, kebenaran itu bisa bersifat imitasi, bisa salah. Akan tetapi, kalau diulang-ulang, akan menjadi kebenaran publik," katanya.
Untuk itu, dia menekankan agar generasi muda aktif menyebar konten positif di media sosial untuk mengatasi segala sisi negatif dari era disrupsi teknologi, khususnya intervensi ideologi dan budaya asing serta hilangnya nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Baca juga: Medsos China akan hapus akun media abal-abal, ini sebabnya
Baca juga: Jurnalis versus COVID-19
Berita Lainnya
Pejabat pertahanan: Inggris butuh sistem pertahanan udara yang mirip Iron Dome Israel
25 April 2024 11:49 WIB
Manfaat berolahraga malam hari bagi orang dengan obesitas
25 April 2024 11:39 WIB
PT RAPP bantu kembangkan batik Kuansing
25 April 2024 11:34 WIB
Kemarin, Suku bungan acuan atau BI-Rate jadi 6,25 persen hingga inflasi terjaga
25 April 2024 11:27 WIB
Petenis Indonesia Aldila Sutjiadi bersiap melangkah lebih jauh di Madrid Open
25 April 2024 11:15 WIB
Lukman Sardi berharap film "Glenn Fredly The Movie" jadi warisan untuk semua
25 April 2024 11:10 WIB
BMKG prakirakan sejumlah provinsi berpotensi diguyur hujan sedang-lebat pada Kamis
25 April 2024 11:04 WIB
INDEF nilai keputusan menaikkan suku bunga pilihan kebijakan yang paling aman
25 April 2024 10:53 WIB