Jakarta (ANTARA) - Bekerja dari rumah adalah cara termudah untuk mengurangi penyebaran COVID-19, namun di sisi lain ada masalah kesehatan lain yang juga mengintai tanpa disadari yakni sindrom lorong karpal atau carpal tunnel syndrome (CTS).
CTS selalu menjadi masalah pada orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan gerakan berulang khususnya jari dan pergelangan tangan.
Baca juga: Di balik fenomena anak bermata biru di Pekanbaru
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang bekerja dari rumah cenderung menghabiskan waktu lebih lama dan ini berkontribusi untuk mengembangkan beberapa risiko kesehatan seperti obesitas, stres, kecemasan, sakit tubuh, sakit kepala dan lainnya.
Mengenal sindrom lorong karpal
Mengutip Boldsky pada Sabtu, CTS adalah kondisi umum yang disebabkan ketika saraf median, cabang saraf yang memasok sebagian besar fleksor superfisial dan dalam di lengan bawah, otot tenar dan lumbrical, terkompresi saat melewati tangan. Sisi telapak tangan Anda ini disebut lorong karpal.
Ini adalah saraf median yang mempengaruhi kemampuan untuk merasakan jari telunjuk, ibu jari, jari tengah dan bagian dari jari manis serta memasok impuls, yang kemudian diteruskan ke ibu jari.
CTS menyebabkan rasa sakit, mati rasa, dan kesemutan di tangan dan lengan. Dapat terjadi pada satu tangan atau kedua tangan. Dalam kebanyakan kasus, CTS bisa memburuk dari waktu ke waktu dan dapat menyebabkan kerusakan saraf serta memperburuk gejala seperti imobilitas.
Penyebab sindrom lorong karpal
Kondisi ini disebabkan oleh tekanan pada saraf median Anda, yang disebabkan oleh pembengkakan dan peradangan. Beberapa penyebab atau kondisi paling umum yang berhubungan dengan CTS adalah tekanan darah tinggi, retensi cairan dari kehamilan atau menopause, disfungsi tiroid, diabetes fraktur atau trauma pada pergelangan tangan serta gangguan autoimun.
Selain itu, aktivitas yang membutuhkan gerakan tangan berulang-ulang seperti mengetik pada keyboard, bermain piano, serta faktor keturunan juga bisa menjadi penyebab dari CTS.
Gejala sindrom lorong karpal
Beberapa gejala atau tanda awal dari CTS adalah, terlalu lemas untuk digerakkan, sulit memegang sesuatu, nyeri dan sensasi terbakar yang menjalar ke lengan, kesemutan, mati rasa, nyeri pada ibu jari dan tiga jari pertama tangan.
Faktor risiko
Siapa saja yang memiliki risiko terkena CTS? Disebutkan bahwa wanita memiliki risiko tiga kali lebih besar terkena CTS dibandingkan dengan pria.
Kebanyakan orang yang terkena CTS juga memiliki rentang usia antara 30-60 tahun. Penyakit ini pun sangat dipengaruhi dengan gaya hidup dan kebiasaan tertentu seperti merokok, kurang gerak, serta kelebihan berat badan.
Penderita diabetes, tekanan darah tinggi, dan radang sendi merupakan juga memiliki risiko yang besar terhadap CTS.
Selain itu, pekerjaan yang membutuhkan gerakan pergelangan tangan berulang seperti konstruksi, manufaktur dan pekerjaan yang membutuhkan pekerjaan keyboard juga meningkatkan risiko.
Cara mendiagnosis
Untuk mendiagnosis CTS memang diperlukan pemeriksaan secara media oleh dokter berupa tes fisik dan beberapa tes lainnya.
Pemeriksaan fisik terdiri dari evaluasi rinci tangan, pergelangan tangan, bahu, dan leher Anda untuk memeriksa penyebab lain dari tekanan saraf. Sensasi pada jari dan kekuatan otot di tangan Anda juga akan diperiksa.
Tes diagnostik seperti studi konduksi saraf akan membantu dokter mengukur kecepatan konduksi impuls saraf.
Pengobatan sindrom lorong karpal
Perawatan medis yang diberikan untuk kondisi ini tergantung pada tingkat keparahan gejala dan tingkat nyeri. Beberapa yang paling banyak disarankan adalah yoga, akupuntur hingga terapi.
Mencegah sindrom lorong karpal
CTS disebabkan oleh kompresi saraf di pergelangan tangan, jadi cara terbaik untuk mencegah timbulnya kondisi ini adalah dengan menghindari tekanan pada pembuluh darah Anda.
Ada beberapa tips yang dapat membantu mengurangi risiko CTS, di antaranya adalah:
1. Saat bekerja di rumah, perhatikanlah postur tangan dan hindari aktivitas yang terlalu membebani pergelangan tangan.
2. Perhatikan penggunaan monitor komputer, kursi, keyboard, dan mouse, atau peralatan dan perkakas lainnya. Ambil istirahat 10-15 menit setiap jam dari pekerjaan Anda untuk membungkuk atau meregangkan tubuh.
Regangkan tangan dan pergelangan tangan Anda sesering mungkin, setiap 20 hingga 60 menit. Latihan untuk tangan; kepalkan tangan, lepaskan jari-jari Anda, dan kibaskan. Regangkan jari Anda sejauh mungkin. Ulangi 5-10 kali.
3. Saat duduk di tempat kerja, jangan membungkuk ke depan. Duduklah tegak dengan bahu didorong ke belakang dengan nyaman.
Siku Anda harus diperpanjang, tidak ditekuk. Jarak dan ketinggian layar komputer harus nyaman, sehingga Anda tidak tegang atau condong ke depan.
Beristirahatlah secara teratur untuk melakukan beberapa peregangan dasar dari bahu ke bawah.
Baca juga: Hampir 300 kasus sindrom langka terkait COVID-19 pada anak ditemukan di AS
Baca juga: Kisah Pilu Perjuangan Korban Sindrom Rubella
Berita Lainnya
Menteri ESDM Bahlil sebut kenaikan PPN 12 persen tak pengaruhi harga BBM
19 December 2024 16:58 WIB
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB