Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Inggris memastikan perhelatan PBB Climate Change Conference of the Parties ke-26 (COP26) akan tetap digelar di Glasgow pada 1-12 November 2021 dengan menggunakan standar protokol kesehatan yang aman dan ketat.
Penyelenggaraan COP26 ini merupakan bentuk komitmen pemerintah Inggris untuk menjadi model dalam pemanfaatan energi terbarukan yang sekaligus berada di garis depan revolusi industri hijau.
Baca juga: Realisasikan ekonomi hijau, DEN nilai perlu sosialisasi dan edukasi RUU EBT
“Kami fokus bekerja sama dengan semua negara di empat bidang yaitu membatasi pemanasan global, memungkinkan komunitas dan habitat alami untuk beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, memobilisasi pendanaan iklim, dan melakukan aksi nyata,” kata Presiden Climate Change Conference of the Parties ke-26 Alok Sharma dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Keseriusan pemerintah Inggris dalam energi terbarukan dibuktikan dengan alokasi dana sebesar 160 juta poundsterling untuk upgrade pelabuhan dan infrastruktur di negara ini, seperti di Teesside dan Humber di Inggris Utara, Skotlandia, dan Wales.
Beberapa proyek energi terbarukan dari pemanfaatan air, angin, dan tenaga surya dengan teknologi Inggris di antaranya energi air.
Disebutkan, Inggris telah memanfaatkan energi air sebagai pembangkit listrik sejak tahun 1879, menjadikan negara yang dikenal dengan pasir putihnya sebagai pionir dalam hal ini.
Saat ini kapasitas pembangkit listrik tenaga air di Inggris mampu menyumbang 4.700 MW tenaga air dengan instalasi yang dipasang di daerah-daerah basah dan bergunung seperti Wales dan barat laut Skotlandia.
Jika energi air umumnya identik dengan instalasi seperti waduk yang membutuhkan lahan yang sangat besar, Inggris kini mengembangkan cara baru untuk memanfaatkan dan memasang instalasi pembangkit listrik tenaga air yang menggunakan lahan lebih kecil.
Dengan desain yang tidak menyita banyak ruang, alat pembangkit listrik tenaga air ini dapat dipasang di lebih banyak tempat, bahkan di sekitar tempat tinggal masyarakat.
Energi Angin dan Surya
Salah satu contoh pemanfaatan energi angin yang sukses dikembangkan oleh perusahaan Inggris berada di Cape Verde, negara kepulauan di lepas pantai barat laut Afrika. Masyarakat di sana hidup dengan harga listrik yang mahal karena tingginya penggunaan generator.
Melihat kondisi ini, Cape Verde memutuskan untuk mulai menghasilkan energi terbarukan sendiri. Salah satunya adalah bekerja sama dengan Ryse Energy untuk menyediakan akses energi yang dapat diandalkan bagi sebuah desa berpenduduk 700 orang yang sebelumnya hidup tanpa energi.
Proyek pemanfaatan energi angin di sini menghasilkan 140,000 kWh listrik per tahun yang memberi manfaat bagi 700 penduduk desa, mengurangi 54 ton CO2 per tahun atau setara dengan menanam 110 pohon. Pemanfaatan energi angin ini merupakan bagian dari agenda "energi berkelanjutan untuk semua" di Cape Verde yang menargetkan penggunaan 100 persen listrik dari sumber daya terbarukan pada tahun 2025.
Saat ini pemanfaatan tenaga surya di Inggris mampu memenuhi 4 persen kebutuhan listrik naik dari 3,1 persen pada tahun 2016. Energi surya adalah energi terbarukan ketiga yang paling banyak dimanfaatkan di Inggris.
Salah satu proyek energi Surya yang sangat dikenal di Inggris adalah pembangkit listrik tenaga surya terapung di Waduk Ratu Elizabeth II, dekat London.
Pada Maret 2016, Lightsource Renewable Energy, salah satu pengembang tenaga surya terbesar di Eropa asal Inggris, berhasil memasang dan menyelesaikan 6,3MW pembangkit listrik tenaga surya terapung dan menghubungkan instalasi ini langsung ke jaringan terdedikasi milik Thames Water, perusahaan swasta yang bertanggung jawab atas pasokan air publik dan pengolahan air limbah di sebagian besar kota London.
Pasokan energi surya ini didesain untuk memenuhi sekitar 20 persen kebutuhan energi pabrik di Inggris, sebagai bagian dari upaya Thames Water untuk menghasilkan sepertiga dari energinya secara mandiri.
Seluruh instalasi dibangun di pinggir waduk dan kemudian didorong ke waduk meliputi 61.000 platform terapung yang dibangun sebagai penyangga bagi 23.046 panel surya.
Luas permukaan pembangkit listrik tenaga surya terapung Thames Water ini mencapai 57.000 m2 yakni kurang dari 10 persen area waduk, tetapi mampu menghasilkan 5,8 juta kWh sepanjang tahun. Cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di 1.800 rumah.
Baca juga: Komitmen ekonomi hijau Prsiden Joko Widodo perlu dukungan APBN 2022
Baca juga: ADB: Pertumbuhan harus beralih ke sistem ekonomi hijau untuk cegah perubahan iklim
Pewarta: Royke Sinaga
Berita Lainnya
Menteri ESDM Bahlil sebut kenaikan PPN 12 persen tak pengaruhi harga BBM
19 December 2024 16:58 WIB
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB