Ekonom nilai stimulus pemerintah mampu dorong pertumbuhan ekonomi

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, stimulus

Ekonom nilai stimulus pemerintah mampu dorong pertumbuhan ekonomi

Ilustrasi - Petugas menghitung uang didepan penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) dana desa di Balai desa Janti, Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (14/5/2020). (ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nz)

Jakarta (ANTARA) - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai stimulus pemerintah terutama program pemulihan ekonomi nasional (PEN) bidang perlindungan sosial dengan anggaran Rp157,41 triliun mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Kalau berbicara stimulus yang lain seperti misalnya bansos dan juga BLT memang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya kepada Antara di Jakarta, Selasa.

Program perlindungan sosial dengan anggaran Rp157,41 triliun meliputi PKH Rp28,71 triliun, kartu sembako Rp45,12 triliun, Pra Kerja Rp20 triliun, BLT Dana Desa Rp14,4 triliun, bansos tunai Rp12 triliun, perlinsos lainnya Rp37,18 triliun.

Yusuf mengatakan stimulus pemerintah seperti bantuan sosial (bansos) dan BLT dapat berdampak langsung terhadap konsumsi rumah tangga sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi sangat nyata.

Ini terjadi karena konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi sangat besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yaitu hampir 60 persen.

Ia menuturkan hal tersebut telah terbukti ketika bantuan pemerintah melalui PEN khususnya untuk perlindungan sosial sudah disalurkan maka proses pemulihan ekonomi mulai terlihat terutama di kuartal III dan IV tahun lalu.

Di sisi lain, bantuan pemerintah lainnya seperti subsidi ongkos kirim untuk belanja melalui online ternyata tidak terlalu berdampak secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Yusuf menjelaskan sumbangan ekonomi digital yang di dalamnya terdapat produk e-commerce hanya menyumbang sekitar 2 persen terhadap PDB Indonesia.

“Kontribusi dalam menggerakkan perekonomian memang masih relatif kecil,” ujarnya.

Tak hanya itu, menurut Yusuf penjualan melalui platform online meningkat drastis karena dipengaruhi oleh adanya pandemi yang pada akhirnya mengubah pola belanja masyarakat.

“Melihat tren tahun lalu tanpa adanya subsidi ongkir dari belanja online ini meningkat drastis jadi sebenarnya kalau pun tidak ada subsidi ongkir penjualan produk online masih berpotensi tumbuh apalagi e-commerce gencar memberikan promosi,” jelasnya.

Baca juga: BI sebut stimulus Amerika Serikat berdampak positif bagi perekonomian Indonesia

Baca juga: Harga minyak mentah naik didorong kemajuan RUU stimulus AS yang besar


Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah