Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan Indonesia akan memperkuat kerja sama internasional dalam rangka mencapai pemulihan ekonomi dari dampak pandemi COVID-19.
Hal tersebut disampaikan dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 yang membahas Ekonomi Global dan Aksi Kebijakan untuk Pemulihan Transformatif dan Berkeadilan serta Isu-Isu Sektor Keuangan.
Baca juga: Sri Mulyani: Anggaran untuk program PEN 2021 naik jadi Rp699,43 triliun
“Ekonomi dunia termasuk Indonesia masih membutuhkan dukungan untuk pemulihan,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin.
Sri Mulyani mengatakan Indonesia masih mengalokasikan belanja negara yang cukup besar untuk penanganan pandemi pada tahun ini di tengah penerimaan negara yang terbatas.
Meski demikian, ia memastikan Indonesia secara perlahan akan berupaya melepaskan ketergantungan ekonomi pada dukungan fiskal dan moneter dengan melakukan berbagai reformasi untuk memperkuat ekonomi ke depan.
Penguatan kerja sama internasional juga dipertegas oleh para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 untuk menghadapi tantangan global melalui pendekatan multilateralisme yang lebih kuat.
Pemulihan ekonomi global di tahun 2021 diperkirakan akan membaik seiring telah dimulainya pelaksanaan vaksinasi dan relaksasi pembatasan sosial di berbagai negara.
Pertemuan G20 menegaskan komitmen dalam membantu negara-negara miskin yang beban utangnya meningkat melalui restrukturisasi utang dalam kerangka Debt Service Suspension Initiative (DSSI) dan G20 Common Framework on Debt Treatment.
Selain itu, G20 akan melakukan eksplorasi formulasi a Special Drawing Rights (SDRs) General Allocation dalam rangka mendukung pembiayaan global jangka panjang dan kebutuhan devisa bagi negara-negara yang paling membutuhkan.
Sementara itu, pertemuan G20 menggarisbawahi urgensi reformasi sistem perpajakan yang dinilai dapat merespons tantangan globalisasi dan digitalisasi terhadap perekonomian.
"G20 mendorong tercapainya a global and consensus-based solution pada pertengahan 2021 ini," katanya.
Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 juga menegaskan mengenai kerja sama multilateral terkait isu perubahan iklim dan risiko lingkungan dengan strategi pemulihan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif, dan merata.
G20 turut mendorong dilanjutkannya upaya penguatan sektor keuangan nonbank dan implementasi G20 Roadmap for Enhancing Cross-Border Payments dalam rangka pengembangan layanan transaksi lintas negara yang efektif, cepat, efisien dan murah.
Dukungan G20 pun muncul melalui usulan peningkatan pemahaman dan kesiapan sektor keuangan atas potensi risiko perubahan iklim melalui pemenuhan data gaps untuk assessing climate related financial risks dan mendorong climate related disclosure.
Kemudian, Sustainable Finance Study Group (SFSG) diaktifkan kembali agar dapat mendorong kesiapan dan kapasitas sektor keuangan dalam mendukung transisi menuju perekonomian yang berkelanjutan.
"Kami berharap forum multilateral dapat terus mendukung upaya pemulihan global. Kami akan menggunakan instrumen fiskal dan terus bekerja sama dengan otoritas moneter untuk memastikan pemulihan yang lebih baik, kuat dan berkelanjutan," kata Sri Mulyani.
Ia menuturkan pada tahun ini Indonesia sudah terlibat dalam Troika bersama Arab Saudi dan Italia dalam pembahasan agenda pertemuan G20 sebagai wujud peran Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun 2022.
Menurutnya, hal ini menjadi momentum bagi Indonesia untuk meningkatkan peran dalam kerja sama internasional termasuk terlibat terkait kepemimpinan global atas kerja sama di bidang ekonomi dan politik internasional.
Sri Mulyani mengatakan Indonesia dapat mendorong agenda dan instrumen yang tepat dan efektif untuk mencapai kepentingan seperti perluasan akses pasar, peningkatan investasi, dan kerja sama mencapai pemulihan ekonomi pascapandemi.
Baca juga: Menteri Keuangan Sri Mulyani pastikan APBN dukung UMKM untuk bangkit
Baca juga: Infrastruktur untuk dukung pembangunan inklusif dan berkelanjutan
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah