Bagaimana menyiapkan diri setelah pandemi COVID-19 berakhir?

id Berita hari inni, berita riau terbaru, berita riau antara

Bagaimana menyiapkan diri setelah pandemi COVID-19 berakhir?

Bagaimana menyiapkan diri setelah pandemi COVID-19 berakhir? (Antara)

Pekanbaru (ANTARA) - Setiap orang tentunya memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi musibah sesuai dengan tabiat dan keadaannya. Ada yang gelisah, galau dan stres sehingga musibah tersebut menjadi beban yang menyesakkan dadanya.

Namun ada juga di antara manusia yang menghadapinya dengan tenang tanpa kepanikan sementara itu Islam mengajurkan ketika ditimpa musibah, seorang yang beriman harus mengedepankan sikap-sikap yang terpuji untuk menghadapinya dengan sabar, tawakal dan penuh keikhlasan.

"Lalu apa makna dibalik musibah yang diberikan oleh Allah ini?". Setiap kejadian pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya dan sebagai seorang beriman harus dapat memetik hikmah di balik musibah," kata Kepala Kantor Wilayah Kemenag Raiu, Mahyudin.

Dia menyebutkan, di antara hikmah-hikmah yang agung tersebut adalah Allah SWT telah menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai obat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran (dosa) dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya.

Musibah dalam bentuk pandemi COVID-19, ini merupakan tanda kecintaan Allah kepada hambanya. Karena wujud kecintaan Allah kepada hambaNya adalah memberikan ujian kepada hamba tersebut sebagai wasilah untuk menaikkan derajat hamba tersebut.

"Wabah COVID-19, sebagai momentum untuk merenung seraya menginstrospeksi diri terhadap dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan. Menguji keimanan dan keyakinan kita kepada Allah yang maha berkuasa atas segala sesuatu. Keimanan itu membuat tumbuhnya keyakinan bahwa apapun yang ditakdirkan Allah SWT, tidak ada yang sia-sia," katanya.

Pada awalnya, musibah ini membuat kita galau, resah dan stress, akan tetapi bagi orang beriman justru menjadikan pandemi COVID-19 ini sebagai momentum berzikir dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Perubahan fundamental

Mahyudin mengatakan, pandemi COVID-19 secara tidak langsung menuntut kita melakukan perubahan secara fundamental, dan melakukan aktifitas dengan cara yang berbeda dibanding keadaan normal.

"Aktivitas tersebut dimulai dari untuk senantiasa menjaga kesucian dan kebersihan, pentingnya belajar ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memahami ilmu agama," kata Mahyudin.

Sebuah penelitian membuktikan, katanya, bahwa menjaga kebersihan adalah salah satu tindakan preventif yang efektif untuk menangkal berbagai virus, kuman dan bakteri yang membahayakan tubuh kita.

Islam menganjurkan untuk hidup bersih dan suci melalui wudlu, mandi wajib dan sunah, menda yang terkena najis dan lain sebagainya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya kebersihan adalah sebagian dari Iman. (HR. Muslim).

"Karenanya, perlu mengubah pandangan dan gaya hidup saat pandemi COVId-19 berakhir, sebab kesehatan penting bagi kehidupan manusia, dengan kondisi yang sehat dan bersih manusia dapat beraktifitas, beribadah, dan melakukan berbagai hal lainnya," katanya.

Tanpa kondisi yang sehat, manusia akan kehilangan daya untuk beraktifitas serta menjalani kehidupan sebagaimana mestinya. Menjaga kesehatan yang berlandaskan agama merupakan solusi terbaik untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan kesehatan fisik bahkan jiwa dengan mematuhi, mengamalkan nilai-nilai agama dalam aktifitas kehidupan sehari-hari.

Ia menekankan, bahwa dengan adanya hubungan antara agama sebagai pijakan keyakinan dan kesehatan rohani dan jasmani, tercermin dari bagaimana sikap berserah diri seseorang terhadap suatu kehendak, kekuasaan Allah SWT.

Sikap berserah diri demikian, katanya lagi, yang membuat seorang manusia dapat menciptakan aura positif, ketentraman lahir batin, serta hal yang baik lainnya, sehingga pandemi COVID-19 harus dapat diterima dengan sabar.

"Sabar diwajibkan sejak awal ditimpa musibah, bukan belakangan setelah musibah selesai dan lisan telah mengeluh serta hati tidak terima dengan ketetapan Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: sesungguhnya sabar itu ketika awal tertimpa musibah," katanya.

Berikutnya, firman Allah dalam Al-Qur’an Q.S QS. Al-Baqarah 2: 155-156 : yang artinya, "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

Saat ada musibah, katanya, tidak ada cara lain selain hanya meminta pertolongan kepada Allah SWT. Firman Allah dalam Al-Qur’an Q.S An-Nahl 16:53, atas penyakit pandemi seperti COVID-19, itu sering dikaitkan dengan bala, musibah, fitnah, adzab. Atau penyakit lain juga dapat berbentuk kuman sejenis bakteri yang merupakan ciptaan Allah meskipun melalui hasil perbuatan manusia itu sendiri "Bimaa kasabat aydin-nas". "Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan,".

Orang beriman semakin bertambah keimanannya semakin berat pula ujian yang diterimanya. Namun dibalik ujian berupa banyak kesulitan dan penderitaan ada kemudahan yang mengiringinya. Allah Ta’ala berfirman, Q.S Al-Insyirah : 5 yang artinya, karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Kilas Balik

Pemerhati masalah sosial dan kebencanaan dari Universitas Bunghatta Padang, Sumatera Barat, Rasmi R, St, M.Si, mengatakan, mungkin banyak orang menganggap pandemi COVID-19 adalah suatu kejadian yang luar biasa di dunia ini namun sebenarnya ini adalah kejadian lumrah dan selalu terjadi secara periodik.

"Kenapa demikian, mari kita telusuri 200 tahun kebelakang," katanya. Wabah yang cukup mengguncang dunia tercatat dalam sejarah pertama kali adalah Plague of Justinan atau dikenal penyakit Yersenia pestis atau penyakit Pest yang ditularkan tikus.

Penyakit ini, katanya, berasal dari Mesir dan mewabah tahun 541 Masehi di Kostatinopel, dari sini menyebar keseluruh dunia melalui pintu masuk pelabuhan laut saat itu. Korban yang meninggal 30-50 juta orang atau setengah populasi dunia saat itu.

Kedua, wabah Black Death 1347 Masehi, penyebabnya sama , yakni Yersenia pestis yang menewaskan 200 juta jiwa selama 4 tahun. Penyakit ini tidak diketahui penyebab berhentinya ada teori yang mengatakan karena karantina, namun bisa juga karena tercipta imunitas komunal secara alamiah.

Usai Black death wabah tersebut muncul setiap 20 tahun dalam rentang 1348 -1665 dan juga terjangkit di Inggris. Ke empat Wabah Cacar yang merupakan penyakit endemik di eropa, yang membawa penyakit ini kedunia moderen adalah para penjajah Eropa.

"Diketahui saat itu Meksiko dan Amerika Serikat memiliki Nol Imunitas yang menyebabkan kematian puluhan juta orang, namun penyakit ini kandas 200 tahun berikutnya karena ditemukan vaksin cacar pada tahun 1980-an, dan inilah wabah pertama yang memiliki vaksin," katanya.

Lima, kolera, penyakit ini mewabah pada awal 19 dan menyerang Inggris dan memakan banyak korban.

Keenam Corona virus, mewabah di Cina dan mulai terdeteksi akhir tahun 2019 atau sekitar 100 tahun setelah wabah Colera dan entah kapan akan berakhir, namun vaksinnya sudah ditemukan sebagai upaya meredam perkembangannya.

"Dari urutan wabah yang dalam sejarah yang sangat dominan menyebarkan "wabah" adalah gaya hidup manusia yang suka bepergian ," katanya.

Gaya hidup pertama kali dipopulerkan oleh Alfred Adler dan Ferdinand the Bull ahli psikologi Austria. Menurut mereka gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya.

Nah sekarang kita berada dalam masa pandemi COVID-19, dan kalau kita analisa berdasarkan defenisi diatas ini adalah suatu momen mengubah gaya hidup manusia. Saat masa pandemi dan setelah pandemi manusia akan bergaya 5 M, atau serba tertutup dan ogah berdekatan.

"Prilaku ini semua akan mengubah semua gaya hidup, baik itu berpakaian, berbisnis (online) Webinar dan lainnya. Perubahan gaya hidup ini akan menghancurkan bisnis yang telah mapan, namun juga memuncukan bisnis baru," katanya.

"Pandemi adalah musibah namun di sisi lain adalah bisnis yang sangat menguntungkan, contoh produk kesehatan dan vaksin. Perubahan berpakaian juga signifikan, dulunya seseorang pakai cadar akan dianggap aneh atau mempunyai paham radikal namun sekarang kalau tidak pakai cadar /masker (penutup) wajah justru dianggap melanggar hukum," katanya.

Lalu coba kita analisa pandemi ini dari sudut pandang ilmiah, bahwa munculnya wabah adalah terganggunya ekosistim yang dihuni oleh berbagai makhluk hidup. Setiap makhluk mempunyai ego dan hak untuk berkembang biak, begitu juga virus penyebab COVID-19.

Kemudian budaya akan memunculkan peradaban atau terciptanya tekhnologi untuk mengatasi masalah kehidupan, namun tanpa disadari kemajuan teknologi memunculkan kekacauan ekosistim atau memberi peluang makhluk tertentu manghancurkan saingannya, yang punya teknologi tersebut yakni manusia.

Dari sudut pandang yang berbeda tadi akan memunculkan gaya hidup dari mana sumber kepercayaan itu berasal. Sebagai contoh kalau kepercayaan itu berasal dari daerah padang pasir, para pengikutnya akan memakai pakaian nyaris tertutup semua kecuali mata. Kenapa demikian karena alamnya yang menuntut seperti itu untuk mencegah mata dan tubuh tersiram badai pasir.

Dan apakah perlu mungubah pandangan tentang gaya hidup sehat setelah pandemi COVID-19 berakhir, jawabnya adalah ya. Sebab sejarah dan sains telah membuktikan bahwa anggota tubuh kita yang terbuka akan lebih rentan terpapar virus atau sejenisnya. Frislidia.