Sampit (ANTARA) - Dibukanya kembali sekolah dengan belajar sistem tatap muka di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, disambut gembira pelajar setempat karena sekitar delapan bulan sudah mereka harus belajar melalui daring sejak pandemi COVID-19 melanda daerah ini.
"Senang karena bisa sekolah lagi meski waktunya cuma 20 menit per mata pelajaran sehingga sebagian murid sedikit kesulitan untuk memahami pelajaran. Tapi sebagai tahap awal, saya rasa ini sudah bagus. Mudah-mudahan pandemi COVID-19 segera berakhir sehingga sekolah kembali normal," kata Meisya Ayudya Meca Priscilla, siswi Kelas IXB SMPN 2 Sampit, Senin.
Baca juga: Belajar Praktik Baik dari kepemimpinan Kepala SD Muhammadiyah Sungai Apit
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur telah mengizinkan sekolah menggelar pembelajaran dengan sistem tatap muka. Syaratnya, protokol kesehatan wajib dilaksanakan secara ketat dengan menyediakan fasilitas sesuai aturan dan mengawasi pelaksanannya dengan baik.
Sebelum melaksanakan pembelajaran tatap muka, setiap sekolah diverifikasi terkait kesiapan mereka dalam menjalankan protokol kesehatan. Hingga hari ini, sudah ada 29 SMP sederajat yang sudah mendapat izin dari Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kotawaringin Timur untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka.
SMPN 2 adalah salah salah satu sekolah yang diizinkan memulai kembali pembelajaran tatap muka. Sesuai arahan, pelaksanaannya dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat.
Kepala SMPN 2 Sampit, Abdurrahman mengatakan, saat ini harus sekitar 62 persen siswa yang diizinkan orangtuanya untuk datang ke sekolah untuk mengikuti belajar sistem tatap muka. Sisanya, mengikuti pelajaran dengan sistem daring atau online di rumah masing-masing.
Sistem pembelajaran tatap muka diatur bergantian dengan jumlah tiga hari dalam seminggu, sedangkan dua hari sisanya sistem daring. Meja kursi diatur dengan jarak 1,5 meter dan setiap siswa tidak boleh berpindah-pindah.
Sebelum dan usai belajar, wajib mencuci tangan. Alur masuk dan keluar siswa juga diatur dari pintu berbeda dan setiap jadwal diberi jeda sehingga tidak terjadi penumpukan.
Pemeriksaan suhu tubuh wajib dilakukan, sedangkan bagi siswa atau guru yang merasa kurang sehat, diarahkan untuk tidak datang ke sekolah. Guru juga terus mengawasi kepatuhan siswa memakai masker dan menerapkan protokol kesehatan.
"Ini tentu terus kami evaluasi perkembangannya dan melihat kondisinya. Kalau sudah dirasa aman, baru semua kelas diaktifkan jika memang sudah diizinkan Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Tapi kalau penularan COVID-19 masih tinggi, ini tentu akan menjadi bahan pertimbangan kita," kata Abdurrahman.
Abdurrahman menegaskan, pihaknya sangat hati-hati dalam melaksanakan sistem pembelajaran tatap muka. Dia meyakinkan bahwa siapapun tidak ingin terjadi penularan, apalagi muncul kluster baru akibat pemberlakuan sekolah sistem tatap muka.
Baca juga: 1.973 pasien COVID-19 di Jakarta dievakuasi menuju rumah sakit menggunakan bus sekolah
Baca juga: WHO katakan penutupan sekolah seharusnya jadi upaya terakhir
Pewarta : Norjani