New York (ANTARA) - Harga minyak berjangka turun tajam pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan jenis Brent terperosok di bawah 40 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Juni dan minyak mentah AS turun jatuh hampir delapan persen setelah Arab Saudi memangkas harga jual Oktober dan kasus COVID-19 rebound di beberapa negara.
Infeksi virus corona meningkat di India, Inggris Raya, Spanyol dan beberapa bagian Amerika Serikat, di mana tingkat infeksi tidak terkendali selama berbulan-bulan. Rebound penyakit dapat melemahkan pemulihan ekonomi global dan melemahkan permintaan bahan bakar.
Baca juga: Harga minyak turun karena dampak Badai Laura
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober anjlok 3,01 dolar AS atau 7,6 persen, menjadi menetap pada 36,76 dolar AS per barel, sebelumnya mencapai posisi terendah yang tidak terlihat sejak 15 Juni.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November merosot 2,23 dolar AS atau 5,3 persen menjadi ditutup pada 39,78 dolar AS per barel.
Kedua patokan minyak tersebut berada di bawah kisaran perdagangan yang bertahan sejak Agustus. Minyak Brent turun untuk hari kelima beruntun dan telah kehilangan lebih dari 10 persen sejak akhir Agustus.
Akhir pekan Hari Buruh menandai akhir musim mengemudi musim panas AS saat permintaan bensin paling tinggi, menambah masalah pasokan dan permintaan di pasar, menurut Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
"Dengan para penyuling menurunkan tingkat operasinya dalam beberapa minggu mendatang saat perubahan musim dimulai, penyimpanan minyak mentah akan naik bahkan lebih tinggi daripada mendekati tertinggi dalam sejarah," kata Yawger.
Eksodus posisi beli bersih spekulatif jangka panjang pada minyak mentah memperburuk aksi jual, tambahnya.
“Komunitas spekulatif segera melepaskan diri dan mentalitas kawanan menghancurkan harga minyak,” kata Yawger.
Pada Senin (7/9/2020), minyak mentah turun setelah perusahaan minyak negara Arab Saudi Aramco memangkas harga jual resmi Oktober untuk minyak ringan Arab-nya, sebuah tanda melemahnya permintaan.
"Pemotongan harga Saudi yang diumumkan Minggu membuat WTI tidak menarik bagi pembeli Asia," kata analis energi yang berbasis di Colorado, Phil Verleger dari PK Verleger LLC.
Namun, minyak telah pulih dari posisi terendah bersejarah yang dicapai pada April, berkat rekor pemotongan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+. Para produsen akan bertemu pada 17 September untuk meninjau pemotongan tersebut.
Baca juga: Harga minyak mentah anjlok saat stok AS capai rekor baru dan kasus corona meningkat
Baca juga: Kekhawatiran permintaan BBM bikin harga minyak mentah terus merosot
Pewarta : Apep Suhendar
Berita Lainnya
Menteri ESDM Bahlil sebut kenaikan PPN 12 persen tak pengaruhi harga BBM
19 December 2024 16:58 WIB
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB