Pelalawan, Riau, (ANTARARIAU News) - Kerusakan Istana Sayap yang merupakan salah satu tujuan wisata di wilayah Pelalawan, Riau semestinya segera dilakukan perbaikan dan kemudian setelah itu dibentuk yayasan agar kebanggaan masyarakat Pelalawan ini tetap terjaga.
Kondisi Istana Sayap yang mengalami kerusakan yang tak kunjung diperbaiki disayangkan oleh Sultan Pelalawan X yang bergelar Assyaidis Syarif Kamaruddin Haroen, Kamis (15/12).
''Apapun upaya, termasuk pembentukan yayasan yang bertujuan untuk merawat Istana Sayap saya mendukung,'' sebutnya.
Dia mengatakan, Istana Sayap masih dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di tengah masyarakat Pelalawan.
''Tidak setiap persoalan dilaporkan ke polisi, sebagian masyarakat lebih memilih hukum adat, jadi selayaknyalah
Istana Sayap lebih diperhatikan oleh Pemkab pelalawan,'' ungkap keturunan Raja Haroen yang kebanyakan keturunan langsung raja ini memilih mengabdi sebagai PNS.
Namun, bukan berarti bahwa keberadaan Istana Sayap ingin berperan jauh, tetapi ikut andil dalam mewujudkan
ketenangan di tengah masyakat dan menurunkan nilai-nilai terpuji bagi generasi muda.
Camat Pelalawan, Kiki Saputra mengaku pihaknya tidak bisa berbuat banyak untuk melakukan perbaikan Istana Sayap yang berada di wilayah pemerintahannnya , karena perlu penganggaran melalui APBD, solusi terbaik Istana Sayap dikelola oleh sebuah yayasan.
''Sebaiknya, Istana Sayap ini dikelola melalui sebuah yayasan, agar istana tidak terkesan terbiarkan,'' ujarnya,
Kamis (15/12) di Pelalawan.
Menurut Kiki, pembentukan sebuah yayasan adalah jalan terbaik. Sehingga, jika ada kerusakan bisa dilakukan
perbaikan dengan segera.
''Tidak menunggu-nunggu dana dari Pemkab cair,'' jelasnya. Apalagi, menurutnya Pemkab Pelalawan bukannya tidak memperhatikan Istana Pelalawan yang menjadi ikon masyarakat Pelalawan, tetapi ada yang lebih mendesak.
Saat ini, pemkab Pelalawan tengah mengembangkan wisata air dan olahraga air surfing yang sangat di minati
wisatawan luar negeri dan hanya berada di Pelalawan tepatnya di Teluk Meranti, yakni Bono.
Dikatakan Riki, Bono merupakan nama yang diberikan oleh masyarakat Teluk Meranti kepada gelombang yang terkategori Tidal Bore, yaitu fenomena hidrodinamika yang terkait dengan pergerakan massa air.
Munculnya bono ini terjadi di sekitar Pulau Muda, dorongan arus air dari Hulu menuju ke hilir disambut dengan
air pasang dari laut yang hendak menuju ke aliran sungai.
"Pertemuan kedua arus inilah yang menimbulkan gelombang yang cukup dahsyat dan sampai saat ini dikenal dengan bono,'' promosinya.
Ditengah masyarakat sendiri, Bono menjadi terkenal karena telah cukup banyak memakan korban jiwa dan merusakkan kapal-kapal yang sedang melintas jika harus berpapasan tanpa mampu menghindar dengan bono.
''Selama ini, cerita-cerita yang berkembang di masyarakat menggambarkan bono hanya sebagai fenomena alam yang mengerikan, karena dahulunya banyak kapal hilang karena terkena bono, '' tuturnya.
Sehingga, tambahnya, Gelombang bono di Kabupaten Pelalawan ini, Riau bakal menjadi ikon atau 'lankmark' wisata
Indonesia.
Bahkan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan melakukan studi terhadap kelayakan gelombang bono menjadi tempat surfing tertinggi di dunia.
Kendati demikian, menanggapi promo Pemkab dalam pengembangkan pariwisata di Pelalawan, Sultan Pelalawan X yang bergelar Assyaidis Syarif Kamaruddin Haroen sebagai masyarakat Pelalawan sangat mendukung demi kemajuan pariwisata.
''Saya sangat mendukung apapun yang terbaik untuk kemajuan Kabupaten Pelalawan, apalagi Bono adalah unik dan hanya ada di Teluk Meranti, Pelalawan. Tapi, hendaknya wisata sejarah yang sudah dimiliki jangan pula terabaikan,'' harapnya.