Ujang Leni : Anak Melayu yang Tak Berhenti Menyerah

id ujang leni, anak, melayu yang, tak berhenti menyerah

Ujang Leni : Anak Melayu yang Tak Berhenti Menyerah

Oleh : Muflih Helmi

Sukses menjadi kontraktor dengan rumah yang berdiri megah, ternyata menyimpan perjalanan hidup yang pahit. Pencapaian itu pun berkali-kali harus mengalami berbagai benturan yang membuatnya ingin menyerah. Adalah Haji Basril atau yang lebih akrab disapa masyarakat setempat dengan panggilan Ujang Leni (50) mempunyai perjalanan hidup yang berliku-liku sampai akhirnya menjadi kontraktor sukses.

Penampilannya memang sederhana, tapi siapa sangka Ujang Leni telah memberikan lapangan pekerjaan kepada 50 karyawan. Sosoknya yang bersahaja itu seakan tak memperlihatkan strata sosialnya yang tinggi. Berkat kesabaran, keuletan dan tak pernah berhenti menyerah, ia berhasil membesarkan bisnisnya di bawah bendera CV Bina Terusan. Dan lengkap lah sudah kebahagiaan rumah tangga keluarga pemilik CV Bina Terusan ini setelah mampu melaksanakan haji di tahun 2005 bersama istri tercintanya, Hj Warlini (48).

Ujang Leni adalah anak melayu yang lahir dari keluarga miskin di Desa Terusan, 50 tahun yang lalu. Karena orang tua yang tak sanggup menyekolahkannya, beliau harus berhenti sekolah di kelas empat. Usia pun semakin beranjak. Tidak ada pekerjaan lain waktu itu selain ikut menjadi penebang kayu hutan. Pekerjaan tersebut ia jalani sejak tahun 1998. Dari sana lah awalnya ia bisa menghidupi keluarganya, meskipun dirasakan masih sangat berkekurangan. Tidak jarang ia bersama keluarga harus makan seadanya, dan tinggal di rumah papan. Hal itu berlanjut sampai ia menikah. Bahkan kisah yang tak bisa ia lupakan yaitu saat anak keduanya meninggal dunia, ia tak mampu sekedar membeli papan keranda untuk jenazah putrinya.

Setiap hari yang bergelut dengan kayu, telah membuat sosok Ujang tampil tumbuh dengan kaya pengalaman. Ia ingin membalikkan keadaan untuk hidup lebih layak. Dengan pengalamannya Ujang pun berusaha keras sampai memiliki sebuah CV. Namun itu pun belum mampu berkembang dengan baik. Sampai akhirnya secara tidak sengaja ekskavator miliknya menerobos kawasan milik PT RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper). Ia harus berurusan dengan pihak perusahaan, hingga berujung pada beberapa opsi harus diambilnya. Ayah dengan empat orang anak ini mengaku baru dapat mengambil keputusan sampai tiga hari. Sebuah keputusan sekaligus harapan baginya untuk terus mengembangkan usahanya, bermitra dengan PT RAPP sebagai kontraktor. Ia dipercayai untuk mengerjakan pemanenan atau harvesting perusahaan.

”Tahun 2011 saya menyanggupi tawaran kerjasama tersebut. RAPP mempercayakan alat berat ekskavator sebanyak 5 unit yang dijamin langsung RAPP. Satu bulan hingga dua bulan berjalan saya mengalami tekor sampai 300 juta. Membuat saya terpuruk pada waktu itu. Lalu saya beranikan diri mengajukan bantuan ke RAPP. Hal tersebut dikabulkan RAPP dengan pemberian bantuan 1 unit alat berat, untuk menekan biaya rental ekskavator,” kata Ujang Leni saat ditemui di rumahnya, Kamis (8/12).

Bisa Miliki 10 Unit Ekskavator

Berkat bermitra dengan RAPP melalui program CD (Community Development) tersebut, CV Bina Terusan mampu tumbuh dan berkembang dengan pesat. Hingga kini ia telah memiliki alat ekskavator sebanyak 10 unit dengan jumlah karyawan 50 orang. Padahal awalnya, hampir semua alat kerja yang beroperasi untuk harvesting dalam bentuk rental memerlukan biaya operasional yang sangat mahal. Tapi kerjasama tersebut memberikan kemudahan baginya untuk memperoleh pinjaman dana sebesar 1 milyar dari bank untuk pembelian 5 unit ekskavator.

“Tidak sampai 1 tahun pinjaman tersebut telah bisa saya kembalikan dengan pembayaran potong 50 juta dari setiap pendapatan setiap bulan. Tahun 2009 saya mengajukan pinjaman lagi untuk 5 unit, sebesar 1 milyar. Sehingga sampai sekarang sudah 10 unit ekskavator yang saya miliki. Dan hutang saya yang tadinya mencapai 3,8 milyar di bank bisa saya bayar diakhir tahun ini,” tambahnya menceritakan pengalaman.

Sejak menjadi mitra bina dengan RAPP pendapatan CV Bina Terusan mencapai 800 juta hingga 1 milyar per-bulan. Jika dibanding penghasilan sebelum bermitra, hanya 15 juta hingga 20 juta saja per-bulan. Ujang Leni sendiri tidak tamat SD, namun mampu mengelola usaha secara baik dan professional. Bahkan ia telah mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana. Selaku kontraktor ia tidak segan-segan untuk turun langsung turun ke lapangan melihat jalannya operasional. Ia juga merupakan atasan yang tidak pernah memandang rendah karyawan-karyawannya.

“Karyawan-karyawan semua di CV Bina Terusan saya perlakukan secara baik. Sehingga karyawan dapat bekerja secara efektif, termasuk memberikan gaji tepat waktu, dan mengutamakan kepentingan karyawan. Hal ini dibuktikan dengan kebetahan karyawan saya sejak dari tahun 2002. Ada mekanik, tukang las, operator, karyawan, pengawas, tukang tumbang. Saya mencoba merubah persepsi yang mengatakan pemilik usahalah yang menghidupi karyawan. Tapi bagi saya; karyawan lah yang menghidupi saya,” terangnya lagi.

Awalnya Hanya Otodidak

Mitra bina PT RAPP lainnya yang juga sukses yakni Bambang Edi Putra (30), pemilik bengkel motor Andre Motor di Desa Kiyap Jaya Kerinci. Ayah dari 3 orang anak ini adalah salah satu alumni Pelatihan Kejuruan (Vocational Training) perbengkelan yang ditaja oleh CD RAPP di tahun 2010 lalu. Berkat mengikuti training yang diadakan selama tiga hari waktu itu, telah membuatnya semakin percaya diri untuk membuka bengkel dan telah mampu menaikkan penghasilannya sekitar 8 juta per-bulan.

“Awalnya saya hanya otodidak, dan hanya mengerti mesin sangat sedikit. Setelah diberitahu oleh teman adanya Pelatihan Perbengkelan di RAPP, saya pun tanpa ragu mengikuti pelatihan tersebut. Karena bagi saya mesin itu memiliki daya tarik tersendiri. Saya semangat mengikuti pelatihan tersebut sampai selesai selama tiga hari. Ibaratnya; dari nol kami diajari hingga menjadi tahu semua tentang motor,” terang Edi Putra yang dijumpai tengah memperbaiki motor di bengkelnya, Kamis (8/12).

Hingga sekarang Edi Putra merasakan benar manfaatnya setelah mengikuti pelatihan perbengkelan dari program CD PT RAPP tersebut. Dari usaha bengkelnya itu ia telah mampu menghidupi istri dan tiga orang anaknya. Bahkan seiring dengan bertambahnya pelanggan, Edi telah merekrut pemuda setempat untuk bekerja di bengkelnya. “Dengan usaha bengkel saya ini, saya bisa mempekerjakan pemuda di sini. Dan saya berharap bengkel saya menjadi lapangan pekerjaan juga bagi orang lain. Semoga ke depannya – dengan kemampuan saya yang sekarang – semakin berkembang pula bengkel saya dan bertambah pula karyawan saya,” ucapnya berharap.

Dianggap Layak Bermitra

Amir Hamzah, Koordinator SME’s (Small Medium Enterprise) Program RAPP menilai, bahwa Ujang Leni atau Edi Putra sangat layak menjadi mitra bina. Untuk program UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dari CD, Ujang Leni merupakan mitra bina RAPP, yang bergerak di bidang usaha harvesting yang punya keseriusan dalam mengelola usahanya. Sehingga dapat dikatakan perusahaan sudah bergantung padanya. Sedangkan Edi Putra merupakan salah satu mitra dari program CD yang bergerak di usaha perbengkelan. Kamis (8/12).

“PT RAPP terlebih dahulu mencoba mengidentifikasi peluang-peluang usaha, lalu kita tawarkan kepada masyarakat, salah satunya pak Ujang dan pak Edi. Setelah itu dilakukan pendampingan; mulai dari konsultasi, bantuan pengurusan administrasi, dan lainnya. Jadi kami sebagai CD terus men-supprort apa yang menjadi kekurangan mereka. Tentunya, hal ini kita lakukan secara kesinambungan dan berkelanjutan. Seperti program kewirausahaan, RAPP memberikan bantuan dalam bentuk barang. Hal ini bertujuan untuk mempermudahkan pengembangan usaha masyarakat dan tepat sasaran. Begitu juga jenis usaha yang lain,” jelas Amir Hamzah yang mendampingi Ujang Leni.

Menjadi Tulang Punggung Keluarga

Sementara itu, dalam program pendidikan, PT RAPP sendiri telah pun memberikan beasiswa kepada pelajar asli putra daerah. Salah satu penerima beasiswa tersebut yakni Jefri A. (23) yang berasal dari SMA 1 Sungai Apit. Jefri yang berasal dari keluarga petani merasa sangat terbantu sekali untuk melanjutkan pendidikan setelah tamat SMA. Awalnya ia beranggapan tak akan mungkin bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. “Saya terbantu sekali adanya beasiswa ini, padahal saya tidak menyangka sebelumnya bisa mendapatkan beasiswa ini.

Bahkan setelah menamatkan kuliah di ATPK (Akademi Teknologi Pulp dan Kertas) di Bandung, saya langsung direkrut menjadi karyawan di RAPP,” jelas Jefri yang ditemui di tempat kerjanya, Kamis (8/12).

Untuk program pendidikan itu sendiri, perusahaan RAPP mencari bibit-bibit unggul daerah yang diberikan beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikan di ATPK Bandung selama 3 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan di ATPK tersebut, para penerima beasiswa langsung menjadi karyawan perusahaan.

Jefri yang kini bekerja sebagai Operator DCS (Dsitribute Control System) telah mampu menyisihkan pendapatannya untuk orang tua serta menyekolahkan adik-adiknya.

“Setelah ayah saya meninggal tidak ada lagi yang menafkahi keluarga kami. Namun, saya sangat bersyukur tidak lama setelah itu saya langsung diterima diperusahaan ini, dan saya merasa bertanggungjawab terhadap keluarga saya. Saya berharap bisa mengembangkan lagi ilmu yang saya dapatkan, dan ke depan saya bisa membantu mengembangkan perusahaan ini lebih maju lagi. Begitu juga dengan keluarga saya,” katanya.

Tumbuh dan Berkembang Bersama Masyarakat

Kehadiran PT RAPP di bumi lancang kuning ini telah memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Orientasi perusahaan tidak hanya pada keuntungan perusahaan (profit) atau pemberdayaan lingkungan (planet) saja, namun juga berusaha memberikan manfaat kepada masyarakat (people) melalui berbagai program. Diantaranya yakni; Sistem Pertanian Terpadu, Pendidikan dan Talentapool, Pusat Pendidikan dan Latihan Atlit Masa Depan, Kesehatan Masyarakat, Pengembangan Infrastruktur Sosial, Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Keagamaan dan Kesukarelawanan Karyawan.

Demikian diungkapkan Amir Hamzah saat dikomfirmasi. PT RAPP dengan menerapkan 3P (People, Planet, Profit) melalui departemen khusus yakni Community Development (CD) Departement telah berupaya menjalankan program pemberdayaan masyarakat dan telah dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat setempat. Salah satunya juga adalah Vocational Training (VT) yang masuk dalam Program Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

VT termasuk salah satu program dari UMKM yang digulirkan sejak 2002. Pelatihan Kejuruan ini ditujukan untuk generasi muda atau ibu-ibu yang berminat dalam pengembangan jenis usaha, seperti perbengkelan dan kerajinan tangan. Masyarakat diberikan pelatihan sesuai kebutuhan untuk memperoleh ilmu dan pengalaman agar bisa membuka usaha baru di tempatnya.

“Program UMKM bertujuan untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai usaha melalui pengembangan lapangan usaha baik berupa kemitraan (in-line) maupun kewirausahaan (off-line). Tapi intinya program-program yang dilakukan oleh CD bertujuan mewujudkan masyarakat yang sejahtera, perusahaan yang maju dan berkembang, serta tercapai hubungan yang harmonis antara perusahaan, masyarakat atau pemerintah,” terang Amir Hamzah, Koordinator SME’s.

Salah seorang Spok Person Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) Asia yang membawahi PT RAPP, Trisia Megawati Kusuma Dewi, juga menjelaskan bahwa Green Industry atau Green Company tidak hanya difokuskan pada ketahanan pangan saja. Namun lebih fokus pada tiga pilar penyangga pembangunan berkelanjutan suatu perusahaan (Planet, People, dan Profit). “Aspek Planet difokuskan pada segi penjagaan, pengelolaan, pengelolaan yang didasari pengelolaan hutan lestari, berkelanjutan, dan berkesinambungan. Aspek People adalah bagaimana kita yang ada di planet ini mampu mengembangkan diri lebih baik, seperti melalui program Usaha Mikro Kecil dan Menenagah (UMKM), sehingga masyarakat dapat maju dan berkembang bersama perusahaan. Sementara Aspek Profit, adalah pilar penyangga pembangunan yang menyangkut ekonomi agar kita bisa lebih berkembang. Kalau penyangga tersebut tidak bisa berkembang maka tentunya pilar lainnya akan menuai kendala,” jelasnya via phone saat dikomfirmasi, Kamis (8/12)

“Itulah sebabnya kita harus bergandengan tangan dengan masyarakat sekitar mengembangkannya dan bisa menciptakan peluang usaha, dan tetap bekerja. Termasuk bagi penerima beasiswa dari RAPP agar dapat mengembangkan ilmunya, kemudian dapat bekerja secara profesionalisme dan ke depannya mampu memimpin RAPP lebih baik lagi,” Trisia berharap. (mh)

Penulis adalah Finalis Lomba Karya Tulis

Anugerah Generasi Hijau 2011