Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengoptimalkan kampanye pariwisata secara daring di sosial media selama masa pandemi COVID-19 sebagai upaya "awarenes" bagi wisatawan mancanegara (wisman) di negara fokus pasar wisata Indonesia.
Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf Nia Niscaya dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat, (17/7/2020) menjelaskan, para pelaku pariwisata di Indonesia selama masa pandemi lebih banyak yang mengoptimalkan kampanye dan promosi secara online bagi pasar wisman.
"Kami sebelumnya menggelar Indonesian Sellers Meeting (ISM) yang memfasilitasi pelaku industri kita melakukan pertemuan virtual business to business dengan para pelaku industri pariwisata di luar negeri sehingga mereka dapat memberikan informasi terkait situasi wisata terkini di Indonesia, membuka peluang, dan berbagi strategi menarik dalam upaya menjaring calon wisatawan di tengah pandemi COVID-19," kata Nia.
ISM dilaksanakan selama tiga hari pada 14-16 Juli 2020 dengan bertujuan untuk memberikan informasi terkait situasi terkini pasar dari VITO dan menggali peluang bisnis langsung dari buyer/wholesaler/asosiasi dari negara originasi untuk sellers di Indonesia.
Pada pembukaan rangkaian acara ini, hadir pula Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Desra Percaya menggiring diskusi ke arah menyikapi dampak new normal bagi industri pariwisata. Menurutnya “New Normal Pariwisata agar fokus pada negara tertentu, turis tertentu, obyek tertentu dan yang terpenting sekarang mengutamakan pariwisata domestik sambil paralel membangun trust kepada masyarakat dunia".
"Kegiatan ini berbentuk rangkaian pertemuan daring, sebagai upaya untuk bisa mendukung para sellers di destinasi agar bisa mendapatkan gambaran dan update terkini situasi di originasi sehingga dapat mempersiapkan langkah-langkah bisnis yang akan diambil ke depan," lanjut Nia Niscaya.
Para pelaku usaha pariwisata tersebut kata Nia sebagian besar menyatakan siap untuk melakukan virtual business to business dengan mitra di negara fokus pasar untuk menggarap peluang wisata pada periode Juli-September 2020. “Dan faktor yang paling penting untuk menyambut wisman adalah pembukaan border sehingga kita semua berharap pandemi ini segera berlalu agar aktivitas pariwisata dapat kembali bergairah dengan adaptasi kebiasaan baru," katanya.
Ia juga menjelaskan, dalam ISM industri pariwisata Indonesia dapat berinteraksi dengan mitra dari pasar India, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Indochina. Kemudian pada hari kedua meliputi pasar Korea Selatan, China dan Hongkong, Timur Tengah, Prancis, dan Jerman. Hari ketiga untuk pasar Jepang, Taiwan, Rusia, Belanda, dan United Kingdom (UK).
“Diharapkan para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dapat mengetahui kondisi masyarakat dan menjalin komunikasi dengan negara originasi khususnya antar pelaku industri (sellers, buyers, government) dengan mempertemukan pelaku industri inbound dan wholeseller/buyers sebagai langkah persiapan menuju kegiatan business to business," katanya.
Sebelumnya ISM 14 Juli 2020 mengambil tema “Market Updates and Business Opportunities for India Market”, hadir VITO New Delhi Sanjay Sondhi dan Senior Vice President Thomas Cook India Suzanne Pereira.
VITO New Delhi Sanjay Sondhi membagikan informasi terkini terkait COVID-19 di India. Ia mengatakan, di India angka kasus COVID-19 masih cukup tinggi dengan kasus aktif 311.422 orang, recovery rate 63 persen, dan diperkirakan peak pada Agustus 2020.
“Namun penerbangan domestik di India sudah mulai beroperasi sejak 25 Mei 2020 dengan kapasitas 60 persen, sementara penerbangan internasional diperkirakan akan mulai dibuka kembali pada Agustus 2020,” ujarnya.
Sanjay Sondhi juga menjelaskan mengenai Travel Bubble, dimana untuk sekarang agreement antara Indonesia dan India belum ada, namun pemerintah India sedang mengusahakan agar dapat membuat kesepakatan tersebut dengan lebih banyak negara lainnya.
Pada kesempatan yang sama, Senior Vice President Thomas Cook India Suzanne Pereira menjelaskan, wisatawan India sebagian besar adalah pemburu diskon atau discount-seeker, mereka akan sangat tertarik dengan promo yang diberikan oleh penyedia jasa wisata. Menurutnya, kolaborasi antara Indonesia dan India sangat penting dalam hal ini dan dapat menjadi kesempatan bisnis yang potensial untuk menarik wisatawan India agar kembali bepergian ke Indonesia.
Terkait segmentasi pasar wedding, Suzanne menjelaskan pernikahan khas India yang besar-besaran belum dapat dilakukan pada masa normal baru, meskipun begitu TA/TO tetap dapat membuat paket wedding yang lebih kecil yang menarik dan aman untuk para tamu.
"Selain itu kami juga perlu fokus pada segmen yang tidak kalah penting, yaitu menyediakan paket menarik untuk para honeymooners," ujarnya.
Pewarta : Hanni Sofia
Berita Lainnya
BPS catat harga gabah dan beras pada November mengalami penurunan
02 December 2024 16:27 WIB
BPBD catat ketinggian banjir rob sempat 40 centimeter pada Senin pagi
02 December 2024 16:18 WIB
BRK Syariah sabet penghargaan sebagai pionir digitalisasi pemerintah daerah
02 December 2024 16:15 WIB
Airlangga sebut inflasi dan pertumbuhan ekonomi landasan UMP 6,5 persen
02 December 2024 14:14 WIB
Pasukan Israel tak berhenti serang Lebanon selatan meski ada gencatan senjata
02 December 2024 13:34 WIB
Dietisien: Tempe merupakan produk nabati yang baik untuk jantung
02 December 2024 13:23 WIB
Kemenag tunggu undangan DPR soal pembahasan biaya penyelenggaraan haji
02 December 2024 12:47 WIB
Badan Gizi Nasional tinjau dapur penyedia makan bergizi di lanud
02 December 2024 12:34 WIB