Pekanbaru (ANTARA) - Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pekanbaru menjatuhkan vonis empat tahun penjara serta denda Rp1 miliar kepada Irawan Shia, penyelundup empat ekor bayi singa Afrika, seekor bayi leopard dan puluhan ekor kura-kura dari Malaysia ke Indonesia melalui pelabuhan tikus Riau.
"Menjatuhkan pidana empat tahun penjara dan denda Rp1 miliar subsider tiga bulan kurungan," kata ketua majelis hakim Saut Maruli Tua Pasaribu seraya mengetok palu hakim di Pengadilan Negeri Pekanbaru, Kamis.
Putusan yang diterima Irawan Shia alias Ajhu tersebut setara dengan tuntutan jaksa penuntut umum Kejaksaan Tinggi Riau Himawan Putra. Irawan sendiri tercatat sebagai residivis dalam kasus penyelundupan satwa. Setidaknya, dia telah lima kali keluar masuk hotel prodeo akibat ulahnya itu.
Dalam putusannya, hakim sepakat dengan JPU bahwa Irawan yang mengikuti sidang secara virtual tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHPidana.
Perkara ini sendiri merupakan yang pertama di Indonesia menggunakan undang-undang yang baru disahkan pada Oktober 2019 lalu.
Selain Irawan Shia, hakim juga menjatuhkan hukuman kepada tiga terdakwa lainnya.
Mereka adalah Yatno alias Yat, Asrin alis Lin dan Safrizal alias Ijal. Dalam putusannya, hakim menyatakan ketiganya terbukti sah dan meyakinkan terlibat dalam perkara penyelundupan satwa bersama dengan Irawan Shia. Hanya saja, hukuman mereka lebih ringan.
Ketiga terdakwa dihukum dua tahun enam bulan penjara dengan denda sama-sama Rp1 miliar subsider tiga bulan kurungan.
Mendengar putusan itu, para terdakwa yang mendekam di Lapas Sialang Bungkuk Pekanbaru menyatakan menerima vonis hakim. Meski ada kejadian salah satu terdakwa menyatakan keberatan dengan menyatakan bahwa putusan itu tidak adil, namun akhirnya dia tetap menerima putusan tersebut.
Sementara itu JPU Himawan Putra menyatakan pikir-pikir atas putusan itu. Lebih jauh, Himawan mengatakan jika dirinya sengaja menggunakan undang-undang karantina baru untuk menjerat para terdakwanya.
"Ini perkara pertama satwa ditangani di Indonesia dengan menggunakan undang-undang karantina hewan dan tumbuhan. Undang-undang tersebut terbit pada Oktober 2019 kemudian kasus ini diungkap Polda Riau pada Desember 2019," ujarnya.
"Sehingga kita pakai Undang-undang 21 tahun 2019 karena apendik satwa itu tidak di Indonesia. Ancaman hukumannya 10 tahun penjara dan denda minimal Rp1 miliar," lanjutnya.
Dia berharap dengan menjerat para terdakwa menggunakan undang-undang baru tersebut serta menjerat mereka dengan hukuman berat dapat menimbulkan efek jera. "Terlebih kepada Shia, residivis kasus yang sama," tuturnya.
Kasus penyelundupan itu dibongkar Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Riau pada akhir 2019 lalu.
Kapolda Riau Inspektur Jenderal Polisi Agung Setya Imam Effendi menjelaskan bahwa satwa itu diselundupkan dari pelabuhan tikus tidak jauh dari kantor imigrasi Kota Dumai, Riau dari perairan Malaysia. Secara geografis, Dumai memang berbatasan langsung dengan negeri jiran itu.
Bayi singa dan leopard malang yang masih berusia di bawah satu tahun itu kemudian dibawa ke Kota Pekanbaru menggunakan minibus, Avanza dengan tujuan akhir Lampung.
"Mereka akan membawa satwa tersebut ke provinsi Lampung," ujarnya.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Riau Kombes Pol Andri Sudarmadi menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan pengintaian hingga sebulan lamanya sebelum akhirnya membongkar sindikat itu pada Sabtu kemarin.
Andri yang langsung memimpin penangkapan itu menuturkan telah mengintai tersangka sejak membawa satwa yang disimpan dalam sejumlah keranjang merah, biru, dan cokelat tersebut sejak dari Dumai, Sabtu dinihari.
Tersangka yang mengendarai mobil minibus jenis Avanza bernomor polisi BM 1470 NV kemudian bergerak ke arah Pekanbaru, sekitar lima jam perjalanan dari Dumai.
Saat ini bayi singa, leopard, kura-kura dan orang utan dievakuasi ke taman safari Indonesia setelah sebelumnya sempat dirawat di kebun binatang Kasang Kulim, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau.
Berita Lainnya
Polda Riau cek kelangkaan solar di SPBU
18 December 2024 17:25 WIB
Rumah sakit otak dan jantung di lahan 10 Ha segera dibangun di Pekanbaru
18 December 2024 7:52 WIB
Dishub Provinsi Riau petakan titik jalan rawan kecelakaan selama Nataru
18 December 2024 7:51 WIB
Riau tetapkan status siaga darurat tanggulangi banjir
17 December 2024 22:36 WIB
Lantaran rambutan, pengungsi Rohingya resahkan warga Pekanbaru
17 December 2024 16:02 WIB
Pemprov Riau hibahkan 10 ribu meter persegi lahan untuk pengadilan militer
16 December 2024 20:56 WIB
Karyawan bank BUMN ditemukan tewas di tol Dumai-Pekanbaru, diduga bunuh diri
16 December 2024 20:25 WIB
BBPOM di Pekanbaru gelar talk show cara cerdas pilih kosmetik aman
16 December 2024 18:32 WIB