Gaung Palestina dan Maher Zain

id gaung palestina, dan maher zain

Gaung Palestina dan Maher Zain

Jakarta, (ANTARARIAU News) - Maher Zain, dengan suaranya yang merdu dan wajah tampan khas Timur Tengah mampu menyedot perhatian penggemar musik di Tanah Air.

Penyanyi Swedia keturunan Lebanon itu membawa nafas baru dalam genre musik pop religi. Maher mengusung lagu Islami dalam balutan nuansa modern nan ngepop dan mudah diterima telinga penikmat musik.

Berbekal album debutnya yang berjudul 'Thank You Allah' dia mampu membawa perubahan. Maher, sesuai dengan keinginannya, ingin menunjukkan pada dunia bahwa Islam itu tidak kaku dan membosankan.

Lelaki kelahiran 16 Mei 1981 ini juga ingin musiknya bisa diterima semua kalangan dan bisa membawa generasi muda ke arah positif. Tentunya, melalui lirik lagu nan apik dan penuh motivasi.

Penyanyi yang selalu mengenakan topi ini menepati janjinya untuk tampil di Tanah Air, dengan menggelar konser tiga kota dalam rangkaian Konser Silaturahim untuk Indonesia.

Konser diawali di Bandung pada 6 Oktober, dilanjutkan di Surabaya (8 Oktober), dan berakhir di Istora Senayan Jakarta (9 Oktober).

Vokalis grup band papan atas Padi, Fadli, tampil sebagai pembuka dalam rangkaian konser yang berakhir di Istora Senayan, Jakarta, Ahad.

Ada yang tak biasa dalam konser itu, usai menyanyikan lagu religi yang dipopulerkan grup Nasyid asal Malaysia Raihan, 'Peristiwa Subuh'.

Fadli meraih bendera Palestina dari tangan penonton lalu melantunkan lagu 'We Will Not Go Down' milik Michael Heart. Lagu itu khusus dipersembahan untuk saudara Muslim di Palestina yang belum merdeka.

"Lagu ini dipersembahkan bagi rakyat Palestina yang belum merdeka," ujar Fadli.

Ribuan penonton yang didominasi kaum hawa hanyut dalam suasana syahdu. Begitu juga Fadli, yang kala itu turut hanyut dalam lagu yang dibawakannya.

Tak hanya Fadli yang menggaungkan kemerdekaan bagi Palestina. Maher pun turut menyerukannya. Maher menyerukan kemerdekaan Bangsa Palestina yang mengalami konflik berkepanjangan dengan Israel itu melalui lagunya yang berjudul Freedom.

"Everybody wants...." kata Maher yang dijawab dengan sahutan "fredoom" oleh ribuan penggemarnya.

Maher pun membawakan lagu yang terinspirasi dari perjuangan umat Muslim untuk meraih kemenangan di sejumlah negara seperti Palestina, Tunisia, Mesir, Libia, dan negara lainnya.

Maher merupakan salah seorang musisi yang peduli dengan Palestina. Kepedulian Maher ini tak hanya dituangkan dalam Freedom atau kemerdekaan. Dia mempersembahkan satu lagu yang berjudul "Palestine Will Be Free" yang terdapat dalam album "Thank You Allah".

Lagu ini terinspirasi dari air mata, darah, dan luka mendalam umat Muslim di Palestina. Maher mengatakan lagu ini adalah ungkapan perasaan yang mendalam, tentang kesedihan, kepedihan dan keprihatinan dari seorang Maher Zain terhadap umat Islam di Palestina.

Zionis Israel, yang didukung Amerika Serika menjajah Palestina sejak 40 tahun lalu. Hingga saat ini pun zionis terus membangun permukiman di tanah Palestina (sepanjang Tepi Barat hingga Jerusalem timur) meski masyarakat internasional, menyebutnya sebagai tindakan ilegal.

Ribuan warga sipil Palestina harus meregang nyawa setiap tahunnya akibat serangan Israel.

Berbagai pihak termasuk Amerika Serikat pun turut serta menyelesaikan konflik dengan melakukan perundingan. Salah satunya adalah pemberlakukan moratorium pendirian permukiman selama satu tahun sejak November 2009 hingga September 2010.

Usai moratorium pada 2010, zionis kembali bertingkah dengan mendirikan permukiman dan mengusir rakyat Palestina dari tanahnya sendiri. Gagalnya perundingan ini membuat Palestina kecewa dan memilih mengundurkan diri.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas pun tak tinggal diam. Abbas berkeliling dari satu negara ke negara lain untuk mendapatkan pengakuan sebagai negara.

Abbas, dengan segala daya upayanya berusaha agar Palestina diakui sebagai negara. Kenyataan ini membuat miris masyarakat internasional.

Israel yang merupakan penjajah dengan dukungan sekutu berhasil menjadi anggota tetap PBB. Sedangkan Palestina tertatih berupaya menjadi anggota tetap PBB namun dihadang Amerika Serikat melalui hak vetonya.

Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman, mengecam Presiden Palestina Mahmoud Abbas, seraya menyebut pencarian pengakuan Palestina sebagai sebuah negara ini sebagai "penghasutan".

Kemenangan diplomatik pertama diraih dari komite pelaksana UNESCO mendukung usahanya untuk menjadi anggota PBB. Namun lagi-lagi Amerika Serikat mencibir dan menyebut tindakan yang "tak dapat dijelaskan".

Hingga kini, setiap harinya korban akibat konflik berkepanjangan itu terus berjatuhan. Entah sampai kapan, tak ada yang bisa menjawabnya. Mungkin dengan sedikit megubah syair lagu Maher Zain yang berjudul 'Insya Allah', bisa memotivasi Palestina untuk mendapatkan pengakuan sebagai sebuah negara. Insya Allah...Insya Allah...Insya Allah..Palestine you'll find your way. (Indria Eriza)