Sebuah peperangan diam-diam terjadi di beberapa desa yang berada di wilayah Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, atau tepatnya di kawasan Hutan Tanam Industri (HTI) yang dikelola oleh PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa (MSK).
Sebuah lahan hutan yang kini ditanami benih pepohonan akasia oleh perusahaan itu menjadi "garis merah" atau medan pertempuran harimau versus manusia.
Hewan yang terkenal buas itu merupakan salah satu satwa dilindungi negara karena keberadaannya yang mulai langka bahkan nyaris punah.
Walau hanya tinggal beberapa ekor, harimau berusaha untuk tetap bertahan hidup. Perebutan kekuasaan membuat makhluk "loreng" itu tidak gentar dan terus berjuang demi meraih sebuah kemerdekaan dan keutuhan lahan hutan yang merupakan habitatnya.
Keganasan sang harimau Sumatra perlahan mulai terkuak. Mereka menerkam beberapa warga Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir, yang merupakan karyawan PT MSK. Peristiwa ini sempat menggegerkan sebagian manusia, khususnya mereka yang berada di Indragiri Hilir.
Sejumlah warga setempat mengatakan, harimau liar yang berkeliaran di sekitar lahan perusahaan PT MSK di Desa Teluk Kabung, Kecamatan Gaung itu mengamuk sejak beberapa pekan terakhir.
Sebanyak empat manusia pekerja perusahaan swasta itu menjadi korban terkaman harimau. Keempatnya mengalami luka-luka yang cukup parah hingga harus dirawat di rumah sakit.
Seorang pemuka masyarakat sekaligus Kepada Desa setempat, Effendi menjelaskan, keempat orang warganya itu juga merupakan karyawan PT MSK yang sering ke lokasi hutan untuk menebang pohon.
Setelah peristiwa naas menimpa keempat pekerja perusahaan yang bergerak di bidang usaha kehutanan, pertanian dan perkebunan itu, kondisi di sekitar wilayahnya dan beberapa desa yang berada di satu kecamatan yang sama mulai mencekam.
Beberapa warga khususnya yang bekerja di PT MSK terus menerus merasa khawatir, takut-takut hewan buas itu kembali muncul dan menerkam manusia.
Bayangan rasa takut sejumlah warga itu akhirnya menjadi kenyataan. Beberapa hari setelah perayaan Idul Fitri 1432 Hijriyah yang jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011, beberapa warga desa tetangga yang juga karyawan pada perusahaan yang sama dikabarkan kembali diterkam hewan loreng itu. Bahkan satu dikabarkan meninggal dunia.
Dendam
Beberapa manusia sekitar yang merupakan lawan perang sang harimau mengakui, sebelumnya mereka juga sempat membunuh seekor anak harimau. Bahkan lebih sadis, setelah tewas, harimau malang itu dibakar untuk kemudian dikuburkan.
Kendati telah merenggut korban jiwa antarkeduanya, konflik harimau vs manusia di lahan PT MSK hingga saat ini terus berkelanjutan. Kucing besar itu terus menampangkan wujudnya ke sejumlah warga sekitar, khususnya mereka yang bekerja di PT MSK.
Sementara manusia, baik warga setempat dan karyawan PT MSK juga tidak pernah merasa gentar. Bahkan mereka terus melakukan penebangan guna alih fungsi dari lahan hutan alami menjadi hutan tanam industri yang berdampak pada penyempitan habitat atau rumah sang harimau.
"Kita mengkhawatirkan konflik ini akan terus menambah daftar korban, baik dari pihak harimau maupun manusia. Diharapkan pemerintah memberikan perhatiannya, walau sedikit," kata seorang jurnalis yang bertugas di Indragiri Hilir, Maryanto.
Saat ini, menurut dia, banyak warga yang terus merasa diteror oleh harimau yang kerap bermunculan di sejumlah wilayah perkebunan milik warga maupun perusahaan itu.
Tidak jarang, menurut Maryanto, warga berpapasan bahkan terpregok oleh hewan liar itu. "Kondisi seperti itu sudah sangat sering terjadi. Beruntungnya warga yang pergi ke kebun membawa peralatan pertaniannya seperti barang yang bisa dijadikan sebagai senjata melawan harimau," ucapnya.
Mengusir
Saat ini, pihak perusahaan berserta sejumlah warga setempat bahkan tengah menyusun strategi pengusiran dengan mengundang sejumlah ahli.
Kepala Desa Simpang Gaung, Effendi mengatakan, banyak warga di sana meyakini jika "lawan perang" mereka bukan merupakan harimau biasa. Makhluk yang tangguh itu diyakini sebagai penunggu atau penguasa hutan belantara.
"Harimau yang mengamuk di wilayah hutan dekat desa kami dan sempat menerkam manusia menurut warga bukanlah merupakan harimau biasa. Banyak yang meyakini harimau itu adalah makhluk jadi-jadian," katanya.
Menurut warga, harimau itu muncul dan mengamuk hingga menerkan beberapa karyawan PT MSK bukan hanya karena habitatnya yang terus menyempit, namun juga karena adanya aturan adat yang dilanggar, baik oleh warga maupun perusahaan.
Pelanggaran adat yang dimaksud seperti ada warga yang selingkuh, mabuk-mabukan dan bermain judi. Jika ini dilakukan, menurut keyakinan sebagian warga di sana, maka harimau akan keluar dari hutan dan mencoba memberikan peringatan dengan menerkam warga.
"Jika difikir secara akal sehat, memang keyakinan warga ini tidak masuk akal, tapi meski demikian kejadian serupa sudah berulang kali terjadi," kata Effendi.
Sebelumnya, kata dia, pihak perusahaan sempat tidak mempercayai keyakinan warga tersebut dan mencoba untuk melakukan pengusiran harimau dengan cara mendatangkan sejumlah pakar dari tim perlindungan harimau Sumatra, juga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
"Namun upaya perusahaan itu tidak pernah membuahkan hasil dan harimau penunggu hutan belantara semakin mengamuk serta memangsa lebih banyak warga.
"Akhirnya, perusahaan mempercayai kami untuk mengusir harimau dengan menggunakan jasa dukun atau orang pintar" ucapnya.
Usaha pengusiran harimau hutan belantara oleh pihak perusahaan dan warga sekitar hingga kini masih terus berlanjut. Namun sekelompok manusia yang bekerja di PT MSK dan yang tinggal didekat lahan perusahaan swasta itu masih tetap waspada, karena sang penguasa hutan masih berjuang, bertarung demi keutuhan habitatnya.