Pekanbaru, 15/4 (ANTARA) - Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Kurnia Rauf, mengatakan pihaknya akan menambah tiga lokasi tim "flying squad" (pengusir gajah liar) untuk menekan tingginya angka konflik yang terjadi antara manusia dan gajah di daerah itu.
"Lokasi flying squad yang baru tersebut di Bengkalis, Kampar dan Rokan Hulu," ujar Kurnia Rauf di Pekanbaru, Jumat.
Ia mengatakan gajah flying squad merupakan gajah yang dilatih untuk menggiring gajah liar ke habitatnya ketika masuk ke permukiman warga.
Riau, lanjutnya, mempunyai potensi sangat besar akan konflik gajah dan manusia karena banyaknya habitat gajah yang beralih fungsi menjadi permukiman dan perkebunan.
"Dalam hal ini, pihak BBKSDA bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang ada di kawasan tersebut seperti Indo Sawit, RAPP, IKPP maupun perusahaan minyak dan gas," jelasnya.
Kurnia menyebutkan selama ini pihaknya terkendala dana, sehingga penambahan tim flying squad sangat lamban. Saat ini tim flying squad baru terdapat di Taman Nasional Tesso Nilo yang terdapat di Kabupaten Pelalawan.
"Sejak adanya tim flying squad di daerah TNTN, konflik antara gajah dan manusia dapat dihindari," katanya.
Saat ini, lanjutnya, terdapat sekitar 350 gajah yang hidup di hutan Sumatera. Jumlah ini, lanjutnya, semakin berkurang sejak sepuluh tahun terakhir salah satu penyebabnya adalah pengalihfungsian kawasan konservasi.
Kurnia juga menyebutkan, pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan rehabilitasi lahan kritis konservasi yang ada di sejumlah kawasan di Riau. Beberapa lahan konservasi seperti di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT), TNTN, Suaka Margasatwa Kerumutan dan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil sebagian besar sudah ditanami kelapa sawit.
"Dalam waktu dekat, pihak BBKSDA bekerja sama dengan TNI akan melakukan operasi untuk membersihkan kawasan konservasi dari perkebunan ilegal," jelasnya.
BBKSDA juga mengimbau masyarakat jangan mau diperalat oleh sejumlah pengusaha untuk kepentingan melindungi kebun sawit ilegal milik mereka.