Pekanbaru (ANTARA) - Puluhan calon pasukan pengibar bendera pusaka (Capaska) ke-74 tahun 2019 Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, melaksanakan latihan peraturan baris berbaris di tengah kabut asap pekat akibat dampak dari kebakaran hutan dan lahan di wilayah tersebut, Rabu pagi.
Dalam latihan yang digelar di Gelanggang Olahraga Tengku Pangeran, Kota Pangkalan Kerinci, Pelalawan, para Capaska yang berasal dari 12 kecamatan menggelar latihan dengan menggunakan masker medis.
"Kita terpaksa harus menggembleng anak-anak selama 20 hari ke depan meskipun harus menggunakan masker saat latihan akibat kabut asap," kata Babinsa Komando Rayon Militer 09/Langgam, Kabupaten Pelalawan Serda Gunawan Rianto dihubungi dari Pekanbaru.
Kualitas udara di Kabupaten Pelalawan menurun drastis pada Rabu pagi ini akibat diselimuti kabut asap pekat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan jarak pandang di Pelalawan hanya berkisar dua kilometer, yang tercatat sebagai kabut asap terparah sepanjang 2019 ini.
Meski berkabut, Gunawan mengatakan para Capaska terpaksa harus menggelar latihan yang telah diagendakan sebelumnya. Meski begitu, dia mengatakan latihan pada hari ini tidak akan memakan waktu seperti saat kualitas udara dalam keadaan baik.
Dia berharap kualitas udara di Pelalawan terus membaik sehingga Capaska bisa melakukan latihan dengan maksimal untuk tampil pada pengibaran sang saka merah putih 17 Agustus 2019 mendatang.
"Kita tetap intensif memantau kemajuan program pelatihan. Semoga kondisi kabut asap segera hilang dan kembali normal," ujarnya.
Selain Pelalawan, kabut asap juga membuat kualitas udara di Kota Pekanbaru pada Rabu pagi memburuk. BMKG Stasiun Pekanbaru menyatakan jarak pandang di Kota Pekanbaru pada Rabu pukul 07.00 WIB sangat terbatas, berkisar hanya tiga kilometer akibat diselimuti asap.
"Jarak pandang Kota Pekanbaru pukul 07.00 WIB tiga kilometer akibat asap," kata Staf Analisis BMKG Stasiun Pekanbaru, Mia Vadila.
Kualitas udara di Kota Pekanbaru ini merupakan yang terburuk sepanjang 2019, meskipun sejak awal Januari lalu kebakaran terus melanda Bumi Lancang Kuning yang hingga kini telah menghanguskan lebih dari 3.800 hektare tersebut.
Sejumlah masyarakat kota Pekanbaru mulai mengeluhkan gangguan kesehatan akibat menghirup udara tidak sehat. Mereka pun mengaku mulai merasakan batuk serta mengurangi aktivitas di luar rumah.
Baca juga: (VIDEO) - Udara kota Pekanbaru memburuk dikepung asap Karhutla
Baca juga: Kabut asap Karhutla paksa murid dan guru kenakan masker di Pekanbaru