Kebakaran lahan gambut di Penarikan Riau belum berhasil dipadamkan, begini kendalanya

id kebakaran lahan riau,lahan gambut riau,kebakaran hutan lahan,kekeringan,musim kemarau,air bersih,dampak kekeringan,berita riau antara,berita riau terb

Kebakaran lahan gambut di Penarikan Riau belum berhasil dipadamkan, begini kendalanya

Api berkobar di lahan gambut di Desa Penarikan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu (28/7/2019). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kebakaran hutan dan lahan hingga Juli 2019 mencakup area seluas 27 ribu hektare lebih, dan kini kebakaran masih terus terjadi di Kabupaten Pelalawan dan Siak. (ANTARA FOTO/FB Anggoro/foc.)

Kebakaran itu menimbulkan jerebu yang tampak seperti erupsi gunung berapi
Pekanbaru (ANTARA) - Angin kencang mengakibatkan upaya untuk memadamkan api yang dalam sepekan terakhir melalap lahan gambut di Desa Penarikan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, makin sulit sehingga hingga Senin pagi kebakaran di lokasi itu belum juga berhasil dipadamkan.

Angin yang berhembus kencang pada Minggu (28/7) petang membuat api berkobar hingga setinggi sekitar tiga meter. Pada Minggu sore hingga malam, api menyebar ke area yang lebih luasmeski petugas pemadam sudah berjuang memadamkannya dari darat maupun udara.

Kebakaran lahan di Penarikan mencakup area tepian Sungai Nilo dan kemudian merambat ke kebun kelapa sawit dan karet milik warga. Petugas Manggala Agni harus berjalan kaki sekitar enam kilometer sambil membawa peralatan untuk menjangkau daerah tersebut karena tidak ada jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor.

Api juga terlihat masih membakar areal kebun sawit CV Wahana. Tanaman sawit muda yang diperkirakan berusia tiga tahun terbakar hingga ke akarnya.

Dari kebun sawit tersebut, api terbawa angin ke kebun milik Koperasi Unit Desa (KUD) Penarikan Jaya, yang dipisahkan oleh kanal penuh air selebar sekira lima meter dengan kebun sawit.

KUD Penarikan Jaya memperoleh izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan masyarakat (IUPHKM) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2018. KUD menanami lahan tersebut dengan tanaman akasia. Lahan tersebut merupakan lokasi kebakaran yang paling besar di Penarikan.

Kebakaran itu menimbulkan jerebu yang tampak seperti erupsi gunung berapi.

Sementara itu, upaya penanganan kebakaran terkendala karena jalan menuju lokasi kebakaran tidak bisa dilalui kendaraan sehingga tim darat yang terdiri atas aparat TNI, Polri, tim pemadam kebakaran PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), dan Manggala Agni tidak bisa cepat menjangkau area kebakaran.

Asap pekat yang meliputi area kebakaran juga menghambat pergerakan tim pemadam kebakaran di darat karena jarak pandang menjadi turun drastis.

Di lokasi kebakaran lahan KUD Penarikan Jaya, aparat TNI berupaya memadamkan kebakaran dengan bantuan tim pemadam kebakaran RAPP yang mengerahkan lebih dari 100 orang dan empat ekskavator. Alat berat digunakan untuk menyekat api dan membuka jalan bagi personel di darat.

Namun, karena api berkobar sangat besar dan angin berhembus kencang, sebagian petugas pemadam kebakaran ditarik keluar demi keamanan.

"Kebakaran sudah berlangsung selama seminggu, awalnya dari seberang Sungai Nilo," kata Komandan Koramil 09 Langgam Kodim 0313/KPR Kapten Arh. Kharidon Sitiyo kepada ANTARA.

Sejumlah personel TNI Koramil 09 Langgam dibantu pemadam kebakaran PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) berusaha memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Penarikan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu (28/7/2019). Upaya Satgas Karhutla Riau untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan tidak bisa optimal akibat angin kencang dan cuaca kering yang mengakibatkan sumber air mengering. (ANTARA FOTO/FB Anggoro/foc.)


Kharidon mengatakan bahwa ada 15 prajurit TNI yang diturunkan untuk membantu pemadaman, lima orang di Desa Bedagu dan 10 orang di Penarikan.

Kebakaran yang terjadi di Penarikan, menurut dia, adalah yang paling parah sehingga petugas harus melakukan pemadaman mulai dari pukul 08.00 pagi sampai 19.00 WIB malam. Tim pemadam kebakaran dari RAPP bahkan terus bekerja sampai jauh malam.

"Kendala adalah angin dan tanah gambut ini kalau sudah terbakar sulit dipadamkan. Kita padamkan di sini, muncul lagi di sana karena api merambat di bawah kita," katanya.

Dia mengatakan bahwa kebakaran melanda area yang cukup luas di Penarikan, namun belum bisa menyebut luasannya secara terperinci.

Sementara itu, Wakil Komandan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Riau Edwar Sanger mengatakan kebakaran lahan di Langgam menjadi fokus utama pemadaman lewat udara.

"Sejak hari Minggu Satgas mengerahkan lima heli water bombing (pengebom air) karena kemarin ada peningkatan hotspot (titik panas) dan firespot (titik api). Dua heli ke Dayun dan Koto Gasib, Siak, dan tiga heli ke Langgam, Penarikan. Yang selesai dari Siak juga langsung bergerak ke Penarikan," kata Edwar.

Ia menjelaskan pula bahwa secara umum jumlah titik panas di wilayah Riau pada Senin pagi menurun jika dibandingkan dengan kondisi pada Minggu menurut citra satelit.

Menurut dia, pada Minggu pagi terpantau 53 titik panas indikasi awal kebakaran hutan dan lahan di wilayah Riau dan jumlahnya turun drastis menjadi hanya enam titik panas pada Senin pagi.

Baca juga: Satgas tingkatkan patroli cegah titik api di Taman Nasional Tesso Nilo

Baca juga: Waduh, pemadaman kebakaran lahan di Riau terkendala sumber air mengering