93 hektare tanaman padi di Bantul puso akibat kekeringan dampak musim kemarau

id Berita hari ini, berita riau terkini, berita riau antara,93 hektare tanaman padi di Bantul puso

93 hektare tanaman padi di Bantul puso akibat kekeringan dampak musim kemarau

Sawah di wilayah Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, DIY alami kekeringan karena kesulitan air saat kemarau (Foto ANTARA/Hery Sidik)

Bantul (ANTARA) - Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat sawah atau tanaman padi seluas 93 hektare di daerah ini mengalami puso atau gagal panen akibat kekeringan dampak musim kemarau 2019.

Kasi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman, Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Umi Fauziah di Bantul, Jumat mengatakan ada laporan dari beberapa kecamatan terkait ancaman kekeringan pada lahan pertanian, bahkan diantaranya sudah mengalami puso.

Baca juga: Pengamat Lingkungan sarankan agar perbanyak pembuatan embung atasi kemarau

"Total lahan pertanian yang puso seluas 93 hektare, di Pajangan ada lima hektare, Imogiri dua hektare, kemudian Dlingo seluas 85 hektare dan Kasihan satu hektare, kebanyakan yang kekeringan ini komoditas padi," katanya.

Menurut dia, sawah yang mengalami puso karena kekeringan itu letaknya di daerah dataran tinggi yang memang tidak memiliki saluran irigasi teknis dan hanya mengandalkan air hujan, sehingga saat musim kemarau ini kesulitan pengairan.

"Seperti di Dlingo itu sebenarnya (sawah) sudah bisa dipanen karena umur padinya antara 80 sampai 85 hari, dan untuk tanam berikutnya mereka tidak dianjurkan untuk menanam padi, karena kebanyakan yang kekeringan ini komoditas padi," katanya.

Dia mengatakan, di wilayah Kecamatan Sedayu sebenarnya ada ancaman kekeringan lahan pertanian, namun oleh petani masih bisa diantisipasi dengan mengambil air irigasi dari aliran Sungai Progo, meskipun dengan mengeluarkan biaya operasional tinggi.

"Di kecamatan Sedayu itu khususnya di daerah Cawan itu ada satu hamparan yang sudah tanam padi, namun umur tanam baru satu bulan terjadi kekwringan, tetapi dari kelompok tani mengambil langkah dengan cara mengambil air di Sungai Progo," katanya.

"Jarak antara sungai sama persawahan itu sebetulnya terlalu tinggi, jadi (untuk mengambil air) memerlukan bahan bakar yang banyak, namun petani sendiri untuk korbankan pertanian tidak mau karena umurnya sudah satu bulan," katanya.

Sementara itu, Kasi Pemasaran dan Pengolahan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Aribowo mengatakan sawah yang puso itu luasannya masih relatif kecil dibanding luasan tanam padi pada musim tanam periode Juni-Juli yang seluas 10.400 hektare.

"Kalau untuk tanaman lain (yang kekeringan) tidak ada, karena kalau untuk palawija seperti sayuran dan kedelai masih tahan. Memang sudah ada petani yang tanam palawija, tapi tidak bermasalah, beda dengan padi yang butuh banyak air," katanya.

Baca juga: Sejumlah desa di Bengkalis kesulitan air saat kemarau

Baca juga: BMKG: Kemarau di Aceh Berakhir September


Pewarta: Hery Sidik