Sydney (ANTARA) - Dewan Kota Sydney pada Jumat menyatakan sedang mengkaji penanganan rumput liarnya, yang meliputi penggunan produk Bayer AG, Roundup, setelah dewan kota lain di Australia mulai berhenti menggunakan produk itu di tengah keprihatinan mengenai hubungannya dengan kanker.
Dewan tersebut, yang mencakup pusat bisnis di Sydney, "sedang mengkaji metodenya mengenai penanganan rumput liar dan sedang meneliti teknologi lain," kata seorang wanita juru bicara di dalam surel kepada Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat. Sehari sebelumnya para pekerja melakukan pemogokan di satu dewan yang berdekatan guna menekannya agar mencoba bahan lain pembunuh rumput liar.
Baca juga: Lima Warga Inggris Jadi Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Sydney
Dewan Kota Sydney saat ini menggunakan Roundup "sebagai pilihan terakhir ... ketika metoda non-pestisida seperti pembersihan rumput liar secara manual dan penggunaan penutup plastik (mulsa) tidak efektif", dan mulai mencoba produk lain pada akhir 2018, tambah wanita juru bicara itu.
Bayer mengatakan Roundup aman dan didukung oleh beberapa lembaga pengatur, kendati penelitian mendapati bahan utamanya, glyphosate, diduga sebagai carcinogen.
Perusahaan Jerman itu telah dilanda pembayaran ganti-rugi besar di Amerika Serikat tahun ini, berkaitan dengan klaim produknya mengakibatkan kanker, yang telah membuat harga sahamnya terperosok.
Prospek Dewan Kota Sydney memikirkan kembali hubungannya dengan Roundup, produk dengan bendera perusahaan raksasa agrobisnis AS, Monsanto, sampai pembelian dari Bayer tahun lalu, memperlihatkan tekanan yang dilancarkan kelompok akar-rumput dan tuntutan hukum terhadap pemerintah mengenai produk itu sekalipun saat pembuat peraturan mengumumkannya aman.
"Karena ada banyak emosi di sekelilingnya, lembaga lokal mungkin bergerak untuk membuat keputusan yang dilandasi untuk menenangkan masyarakat umum dan bukan ilmu yang tersedia," kata Ias Musgrave, ahli ilmu racun dan farmasi molekular di University of Adelaide.
"Kita mesti membuat keputusan mengenai keamanan dengan dasar ilmu pengetahuan yang sesungguhnya atau membuat kecewa perusahaan besar," kata Musgrave, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat.
Awal pekan ini, Dewan Kota Blacktown di Sydney Barat sepakat untuk mencoba bahan selain Roundup setelah pemogokan pekerja mengenai produk tersebut membuat 40.000 tempat sampah tetap penuh.
Empat lagi dewan kota di sekitar Sydney sebelumnya menghentikan penggunaan Roundup gara-gara kemungkinan hubungannya dengan kanker.
Bulan lalu, seorang pemilik kebun Australia mengajukan tuntutan hukum terhadap Bayer, dengan menuduh Monsanto membuat dia menghadapi ancaman karena terpajan glyphosate setelah beberapa dasawarsa menggunakan Roundup.
Seorang juru bicara Bayer mengatakan perusahaan itu "mendorong dialog konstruktif dengan pemegang saham kami untuk membangun kepercayaan yang lebih luas pada ilmu pengetahuan".
Perusahaan tersebut telah menyiarkan "hasil penelitian luas yang mendukung keamanan produk kami" dan 'berkomitmen untuk menjamin konsumen kami terus memiliki akses ke produk penting ini sebagai bagian dari kegiatan pertanian yang berkesinambungan mereka".
Baca juga: Indonesia AirAsia X Luncurkan Rute Bali-Sydney
Baca juga: Untuk Pertama Kalinya, Sydney Pamerkan Patung "Wanita Penghibur"
Sumber: Reuters
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB