Pekanbaru,28/9(ANTARA)- Kondisi kesehatan Syafira (1), pasien gizi buruk asal Rumbai Pesisir, Pekanbaru, yang dirawat sejak enam hari di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad semakin membaik.
Dokter yang merawat Syafira, dr Riri Fahrina di Pekanbaru, Selasa, mengatakan kondisi Syafira semakin membaik dan berat badannya juga mengalami peningkatan.
"Ketika pertama kali dirawat berat badan Syafira kurang dari 6 kilogram. Dan saat ini sudah mengalami peningkatan menjadi 6,4 kilogram," katanya.
Ia mengatakan pihaknya tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab pasti Syafira menderita gizi buruk.
"Penyebab pastinya tidak tahu, apa dikarenakan penyakit lain ataupun memang murni gizi buruk," ujar Riri.
Ia menjelaskan pihaknya juga kesulitan berkomunikasi dengan Nyiwarah Le'i dan Matina Lature orangtua Syafira yang tidak bisa berbahasa Indonesia.
"Mereka merupakan warga Pekanbaru asal Nias. Dan tidak bisa menggunakan Bahasa Indonesia," kata Riri.
Ditambah lagi, kata dia, faktor ketidaktahuan orang tua. Apalagi, Syafira juga mempunyai adik yang masih bayi.
"Kabarnya sejak umur enam bulan, Syafira tidak mendapatkan ASI lagi," katanya.
Noveri Le'i, paman dari Syafira mengatakan pada awalnya Syafira hanya mengalami panas biasa dan kemudian karena semakin kurus dibawa ke Rumah sakit.
Namun karena tidak kunjung sembuh, akhirnya Syafira dibawa ke tukang urut.
"Makin lama makin kurus dan dibawa ke Puskesmas. Apalagi setiap harinya makan hanya dua sendok," katanya.
Ketua Komisi III DPRD Pekanbaru, Muhammad Sabarudi, dan anggota lainnya yang melakukan kunjungan ke RSUD Ariifin Achmad menyayangkan adanya kasus gizi buruk di Pekanbaru.
Seharusnya, kata Sabarudi, pihak Dinsas Kesehatan melakukan kontrol terhadap masyarakat. Terutama bagi yang kurang mampu.
"Seharusnya pihak Dinas Kesehatan melakukan pemantauan dengan melibatkan RT/RW maupun Posyandu," katanya.
Ia juga menyesalkan kurangnya koordinasi antara pihak Dinas Kesehatan dengan Komisi III DPRD Pekanbaru.