Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan ada 77 korban meninggal dunia akibat banjir Sentani yang telah teridentifikasi hingga Rabu (27/2) pukul 23.00 WIT.
"Telah dilaksanakan pemakaman massal terhadap 20 jenazah yang belum teridentifikasi di Nolokla, Kampung Harapan, Sentani," kata Sutopo saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Tim SAR gabungan kembali temukan 2 jenazah korban banjir di Sentani
Sutopo mengatakan jumlah korban meninggal dunia 112 orang dengan perincian 105 orang dari Kabupaten Jayapura dan tujuh orang dari Kota Jayapura
Selain korban meninggal, banjir yang terjadi pada Sabtu (16/3) juga menyebabkan 153 orang luka berat, 808 orang luka ringan, 82 orang hilang dan 5.597 orang atau 979 kepala keluarga mengungsi di 24 titik pengungsian.
Menurut Sutopo, jumlah pengungsi akibat banjir bandang telah berkurang. Namun, terjadi jumlah peningkatan jumlah pengungsi akibat air Danau Sentani yang meluap.
Banjir bandang menyebabkan kerusakan berat terhadap 375 rumah, empat jembatan, lima rumah ibadah, delapan sekolah, empat rumah toko, dan satu pasar.
"Gubernur Papua Lukas Enembe telah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari yang akan berakhir Minggu (31/3)," jelas Sutopo.
Selain status darurat di tingkat provinsi, Bupati Jayapura juga telah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari hingga Jumat (29/3) dan Wali Kota Jayapura menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari.
Banjir bandang Sentani terjadi pada Sabtu (16/3) pukul 18.00 hingga 23.30 WIT di Distrik Sentani, Distrik Waibu, Distrik Sentani Barat, Distrik Ravenirara, dan Distrik Depapre.
Banjir bandang di wilayah Kabupaten Jayapura dan sekitarnya terjadi akibat hujan deras di wilayah Pegunungan Cycloops yang sudah gundul.
Baca juga: Hiu muncul usai banjir Jayapura
Baca juga: Penyaluran bantuan bencana banjir Sentani, Jayapura hati-hati, banyak posko "siluman"