Pekanbaru, (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyatakan akan segera mengerahkan tim penembak jitu serta membawa kerangkeng ke lokasi serangan harimau sumatera hingga melukai seorang warga di Kabupaten Indragiri Hilir.
"Kita telah kirim tim pertama untuk memastikan lokasi kemunculan dan serangan harimau tersebut. Setelah dipastikan lokasi persisnya, kita akan segera kirim lagi terdiri penembak jitu serta kerangkeng besi," kata Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau, Mahfud kepada Antara di Pekanbaru, Ahad.
Mardian, warga Sungai Rawa, Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir diserang seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) saat sedang mencari kayu di hutan pada Sabtu kemarin (2/3).
Akibatnya, pria berusia 31 tahun itu mengalami luka cukup parah, terutama pada bagian kepala dan punggung. Hingga hari ini, Mahfud mengatakan korban masih dirawat intensif di Rumah Sakit setempat.
Saat ini, Mahfud mengatakan tim masih terus berupaya menggali informasi dari korban serta dua rekan korban yang menyaksikan kejadian serangan si raja rimba tersebut.
"Teman-teman kita masih terus menggali informasi dan berkoordinasi dengan aparat TNI dan Polri di sana. Lokasi persisnya belum tahu, karena informasi sementara di Sungai Gaung. Begitu kita tahu, langsung segera kirim tim ke sana," jelasnya.
Baca juga: Warga Inhil luka parah diterkam harimau
Kepala Polres Indragiri Hilir, AKBP Christian Rony Putra menjelaskan dirinya telah memerintahkan langsung Kapolsek Gaung untuk ke lokasi serangan harimau tersebut. Dia juga meminta kepada anggotanya untuk terus menjalin komunikasi dan koordinasi dengan BBKSDA Riau guna penanganan lebih lanjut.
"Saya telah perintahkan Kapolsek Gaung untuk membentuk tim pencari harimau dengan berkoordinasi bersama Pak Camat juga tiga pilar serta BBKSDA," kata Rony.
Rony mengatakan proses pencarian dan evakuasi harimau yang terjadi di wilayah hukumnya akan sama dengan upaya sebelumnya, harimau Bonita. Saat itu, Polri bersama TNI, dan BKSDA Riau membentuk tim gabungan guna menangkap harimau betina yang kehilangan habitat dan masuk ke perkebunan sawit milik perusahaan swasta di Pelangiran, Indragiri Hilir.
"Polanya akan sama dengan Bonita. Bedanya, Bonita di Pelangiran, yang sekarang di Gaung. Selain itu, kami juga mengimbau kepada masyarakat setempat agar sementara waktu tidak ke hutan," lanjutnya.
Berdasarkan catatan Antara, konflik harimau dan manusia berulang kali terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Kejadian pertama yang masih segar diingatan adalah kemunculan harimau betina dewasa bernama Bonita.
Petugas membutuhkan waktu hingga empat bulan lamanya untuk menangkap si kucing raksasa tersebut, sebelum berhasil ditembak bisu pada April 2018 lalu. Proses pencarian dan penangkapan itu menjadi yang terlama di Indonesia. Selama periode itu, Bonita telah membunuh dua manusia, tempat jelajah dia di PT THIP pada Januari dan Maret 2018. Keduanya adalah seorang perempuan bernama Jumiati dan laki-laki bernama Yusri.
Selanjutnya, lagi-lagi harimau muncul di Indragiri Hilir, tepatnya Pulau Burung. Namun, petugas hanya membutuhkan waktu kurang dari dua pekan sebelum harimau jantan yang sempat terjebak di lorong-lorong pasar di wilayah itu berhasil ditembak bius dan ditangkap.