Pekanbaru, (Antarariau.com) - Masih ada 40 persen pedagang jamu gendong di Provinsi Riau yang menggunakan botol plastik sebagai wadah produk, sehingga dinilai tidak higienis dan sehat dalam pengelolaan hingga proses penjualan.
"40 persen pedagang jam menggunakan botol plastik ini tidak higenis dan menyalahi kesehatan, " kata Penanggungjawab program Gerakan Nasional Bugar Dengan Jamu (Gernas Bude Jamu) di Provinsi Riau, Umi Iyet kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
Umi Iyet menjelaskan sejauh ini masih banyak pedagang jamu yang belum menyajikan dagangan higenis ini karena ketidaktahuan pengolahan bahkan hingga kesengajaan.
Ia mencontohkan masih ada yang menggunakan bahan bubuk jamu, pengawet, pewarna. Botol plastik dan sebagainya.
Padahal sesuai aturan jamu gendong itu harus terbuat dari bahan ramuan yang segar alami tidak yang sudah diawetkan atau bahkan dari tepung bumbu yang sudah jadi.
Karena itu sambung dia secara bertahap pihaknya sudah melakukan pelatihan dan penggantian botol jamu pedagang dari plastik menjadi botol kaca.
"Kita masih terkendala dana untuk pelatihan dan penggantian botol jamu gendong dari plastik ke kaca, " katanya.
Menurut dia lagi mengapa harus botol kaca, karena jamu adalah ramuan yang diseduh, jadi jika ditaruh pada wadah plastik akan meninggalkan noda dan sisa dan seiring waktu akan menumpuk hingga menyebabkan bakteri.
Sementara botol kaca lebih mudah dibersihkan, tidak meninggalkan noda saat digunakan sehingga tingkat kehigenisannya terjamin.
"Namanya plastik terbuat dari formalin, formalin kena panas akan larut dan terminum manusia, " imbuhnya.
Ia menambahkan semua upaya tersebut sudah dilakukan lewat program gernas bude jamu dicanangkan pemerintah pusat sejak 2015 untuk seluruh wilayah di Indonesia.
Tujuannya untuk membudayakan minum jamu dikalangan masyarakat sebagai obat pencegah dan penambah imun bagi tubuh. Namun dalam konteks jamu yang disajikan dengan higenis dan sesuai pola sehat, mulai dari wadah, pengolahan , bahan hingga pemyajiannnya.
"Diharapkan gernas bude jamu bisa diaplikasikan di seluruh wilayah pada 2019 dilakukan evaluasi," tutur Umi Iyet.
Menurut Umi Iyet dengan program ini harapannya masyarakat tidak menunggu sakit baru minum jamu.
"Karen jamu bukan obat tetapi mengurangi rasa sakit, " ujarnya.
Berita Lainnya
Konsumsi BBM di Riau diprediksi naik 2,9 persen jelang akhir tahun
17 December 2024 7:23 WIB
Studi: 92 persen pemilik kendaraan listrik EV tidak akan pernah kembali ke ICE
16 December 2024 14:48 WIB
Pemerintah perpanjang masa berlaku insentif PPh Final 0,5 persen bagi UMKM
16 December 2024 14:32 WIB
Pemerintah akan tanggung kenaikan PPN 1 persen untuk 3 komoditas
16 December 2024 14:11 WIB
Dompet Dhuafa Riau catat donasi tumbuh 26 persen pada 2024
13 December 2024 18:04 WIB
Ketua MPR: Kebijakan pemberlakuan PPN 12 persen tak bawa masalah yang bebani rakyat
09 December 2024 16:31 WIB
Pengerjaan fisik trase jalan longsor Lintas Riau-Sumbar capai 70 persen
07 December 2024 21:58 WIB
Anggota DPR usul agar barang mewah lokal tak kena PPN 12 persen
07 December 2024 16:49 WIB