London (Antarariau.com) - Wayang Indonesia sebagai warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO menjadi salah satu benda seni yang dipamerkan dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia di museum Kota Binche, Belgia.
Festival yang terkenal dengan topeng dan karnavalnya itu mengelar pameran wayang kulit Indonesia pada 10 November 2017 hingga 11 Maret 2018.
Pameran dibuka Duta Besar RI untuk Kerajaan Belgia Yuri O. Thamrin bersama General Manager Europalia International Koen Clement, Presiden Dewan Museum Jean-Pierre Jaumot dan Direktur Museum International Karnaval dan Topeng Binche Clemence Mathieu. Acara itu mendapat perhatian dari 150 warga kota Binche.
Pameran digelar selama tiga bulan menampilkan koleksi wayang milik Claude Lavalle, seniman warga Binche yang mencintai seni dan budaya Indonesia.
Pada tahun 2014, wanita kelahiran Rwanda ini memberikan 12 lukisannya kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Karya-karyanya selalu menggambarkan wayang dan interpretasi wayang dalam seni lukis modern kontemporer.
Claude Lavalle mengaku tinggal selama 13 tahun di Indonesia dan sangat mencintai Indonesia.
Dubes Yuri O. Thamrin menyampaikan pengalamannya saat menyaksikan wayang. Dalam pertunjukan wayang sang dalang menceritakan filsafat Astabrata, yaitu delapan karakter yang dimiliki pemimpin, antara lain layaknya bumi yang kuat menanggung beban, matahari mampu menyinari, pintar, bintang sebagai simbol idealisme tinggi, api bermakna tegas, adil dan berani, angin berarti ada dimana-mana, dan hujan simbol mampu mengembangkan bakat dan keyakinan diri pengikutnya, bulan bermakna mampu memberikan kesenangan, dan laut memaknai sifat terbuka, menampung berbagai ide baru.
Astabrata kemudian memberikan inspirasi kepada hadirin. Oleh karena itu, Dubes Yuri menyampaikan bahwa menikmati wayang terletak dari ceritanya, kebijakan sang dalang dan permainan musik gamelan mengiringi cerita.
Pada akhir sambutan, kelompok seniman I Made Sidia yang baru tiba di Brussel dari Bali mempersembahkan demonstrasi singkat wayang yang diinspirasi cerita Astabrata.
Penonton pun takjub dengan spontanitas cerita yang disampaikan dan pada akhir pertunjukkan ditampilkan wayang kaca berbentuk rusa, di mana karakter yang diceritakan menjelma menjadi rusa menculik Shinta. Sayangnya cerita berhenti saat penculikan, tapi pengunjung yang hadir kagum atas dialog dalang I Made Sidia yang lentur dan lancar menceritakan karakter-karakter yang baru.