Seekor Gajah Rusak Kebun Kelapa Sawit

id seekor gajah, rusak kebun, kelapa sawit

Meranti, 28/5 (ANTARA) - Seekor gajah sumatera (elephas maximus sumatranus) dewasa, Jumat pagi sekitar pukul 07.00 WIB merusak puluhan hektare kebun kelapa sawit milik warga Desa Kepenghuluan Labuhanpapan, Kecamatan Tanahputih Tanjungmelawan, Kabupaten Meranti, Provinsi Riau.

Informasi yang dihimpun ANTARA dari sejumlah warga sekitar, Jumat siang, gajah tersebut keluar dari hutan untuk mencari makan di perkebunan kelapa sawit seluas 20 hektare.

Menurut Yudi (40), salah satu pemilik perkebunan kelapa sawit itu, kebanyakan kebun sawit yang dirusak hewan bertubuh besar itu masih berumur sekitar 4-6 tahun, atau baru menuai buah pasir (buah perdana).

Belakangan ini, kata dia, gajah mulai berkeliaran di Kecamatan Tanahputih Tanjungmelawan, tepatnya di kepenghuluan yang baru dimekarkan, yakni Labuhanpapan. Hewan itu merusak lahan perkebunan kelapa sawit milik warga setempat.

Namun, kata dia, baru kali pertama terjadi seekor gajah merusak perkebunan sawit hingga puluhan hektare. Biasanya mereka selalu keluar secara bergerombolan, minimal sekitar 10-20 ekor.

"Parahnya, waktu kami mengusirnya, dia (gajah, red.) malah melawan," katanya.

Hal senada juga dikatakan warga lainnya, Purwanto(36). Dia menganggap kerusakan perkebuanan sawit di Desa Kepenghuluan Labuhanpapan akibat ulah gajah merupakan hal biasa.

"Kalau dihitung, entah berapa banyak kebun warga di sini yang rusak akibat dilewati gajah. Namun, kalau yang tunggal hingga merusak puluhan hektare kebun, baru sekali ini," katanya menegaskan.

Atas kejadian tersebut, dia berharap pemerintah setempat dapat mencarikan solusi agar gajah tersebut tidak kembali keluar dari sarangnya dan merusak perkebuanan di Desa Kepenghuluan Labuhanpapan.

Sekretaris Kecamatan Tanahputih Tanjungmelawan, Yusrizal, mengaku dirinya belum pernah melihat gajah berkeliaran di Desa Kepenghuluan Labuhpapan secara langsung.

Kendati demikian, dia telah menerima banyak laporan dari warga bahwa terdapat seekor gajah yang berkeliaran hingga merusak banyak kebun warga.

"Berdasarkan laporan itu, kami akan mencoba untuk mencari solusinya agar gajah itu tidak kembali keluar hutan," katanya.

Diterangkan Yus, gajah tunggal yang merusak puluhan hektare kebun warga tersebut sebelumnya keluar pada waktu-waktu tertentu untuk mencari makanan. "Biasanya pagi hingga jelang sore," katanya.

Hal tersebut terjadi, menurut Yus, diakibatkan lahan hutan yang kian menyempit akibat maraknya perambahan dan pengalihfungsian hutan mentah menjadi lahan perkebunan industri.

"Ke depan, solusi yang akan kami canangkan, yakni dengan memberikan batasan antara lahan perkebunan dan hutan dengan pagar kawat berduri atau sejenisnya. Kalau perlu kami akan menempatkan beberapa pengawas di sekitarnya," katanya.