Perambah Tesso Nilo Bunuh Dua Gajah Sumatera

id perambah tesso, nilo bunuh, dua gajah sumatera

Perambah Tesso Nilo Bunuh Dua Gajah Sumatera

Pekanbaru, 29/3 (ANTARA) - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Trisnu Danisworo, menyatakan pelaku pembunuhan dua ekor gajah Sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo adalah para warga yang merambah kawasan konservasi tersebut. "Gajah memakan pucuk sawit yang batu ditanam perambah, dan saya menyayangkan kenapa gajah itu harus dibunuh," kata Trisnu kepada ANTARA di Pekanbaru, Selasa. Dua ekor gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) ditemukan mati dalam kondisi membusuk di dalam kawasan taman nasional, tepatnya di belahan Desa Air Hitam, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, pada tanggal 27 dan 28 Maret. Gajah jantan tersebut diperkirakan berusia 6-7 tahun, dan sebelah gading milik seekor gajah telah dipotong pembunuh. Menurut Trisnu, penyebab kematian kuat dugaan adalah racun. Kemungkinan besar para perambah sengaja melumuri pucuk muda tanaman kelapa sawit di jalur yang dilewati mamalia bongsor tersebut. Dugaan itu diperkuat dengan ditemukannya barang bukti berupa sekaleng racun tikus yang kosong dan alat penyemprot yang diduga digunakan pelaku untuk membunuh gajah. "Dari sampel yang diambil dari lambung gajah, penyebab kematian adalah racun," ujarnya. Tim yang terdiri dari Balai Taman Nasional Tesso Nilo, BBKSDA Riau, WWF dan Polsek Ukui, kini terus melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai pelaku pembunuh dua gajah tersebut. Manajer Program WWF Riau, Suhandri, perambahan menjadi ancaman yang serius bagi masa depan Taman Nasional Tesso Nilo. Sebabnya, para perambah tidak hanya menebangi hutan tapi juga membunuh gajah di habitatnya. "Perlu ada manajemen penanganan gajah di Tesso Nilo," ujarnya. Tesso Nilo ditetapkan sebagai taman nasional, khususnya sebagai habitat gajah sumatera, berdasarkan SK Menhut No.255/2004 seluas 38.576 haktar. Kawasan tersebut kemudian diperluas menjadi 83.068 hektar pada Oktober 2009. Jumlah gajah di kawasan konservasi itu diperkirakan mencapai 200 ekor. Berdasarkan data balai taman nasional, diperkirakan ada 1.700 kepala keluarga (KK) yang menduduki kawasan konservasi tersebut dan mengakibatkan sekitar 24 ribu hektar kawasan tersebut beralih fungsi menjadi permukiman dan perkebunan kelapa sawit. Rinciannya, di kawasan taman nasional yang lama ada sekitar 700 KK dan sekitar 1.000 KK berada di kawasan perluasan. Dalam sebulan terakhir telah ada tiga ekor gajah Sumatra yang ditemukan mati akibat dibunuh di Riau. Awal pekan lalu, seekor gajah ditemukan mati dan gadingnya hilang di Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis. Berdasarkan data WWF Riau, kematian gajah akibat konflik dengan manusia terus meningkat. Sebanyak sembilan gajah ditemukan mati pada tahun 2009, dan meningkat dari tahun 2008 yang mencapai enam ekor gajah yang mati.