Siak (Antarariau.com) - Bupati Siak Syamsuar membantah pihaknya tidak memberikan perhatian kepada sekolah satu atap atau SMP-SD Satap yang berlokasi di jalan Lintas Siak Kampung Maredan Tengah, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Bupati Syamsuar usai menerima kunjungan tim penilai dari Badan Pemeriksaan Keuangan Provinsi Riau yang bertempat di kantor bupati setempat, Selasa menyatakan baru mengetahui bahwa SMP Negeri 3 yang satu atap dengan SDN 018 tidak memiliki sumber air bersih sehingga guru dan siswa terpaksa membawanya dari rumah masing-masing.
"Saya baru mengetahui informasi itu tadi pagi. Inilah kerja dari UPTD, camat dan SKPD terkait tidak benar. Kepala UPTD tidak berani melaporkan apakah karena takut dengan kepala dinas atau bagaimana," kata Bupati Siak Syamsuar dengan sedikit kesal.
Dia mengatakan, lokasi sekolah tersebut berada di tempat ketinggian atau di atas bukit, sehingga sulit menjangkau mata air meskipun sudah dilakukan sebelumnya pengeboran sumur hingga dalaman 90 meter.
Namun katanya melanjutkan, harusnya pihak UPTD dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat mencari alternatif lain seperti membuat Penampungan Air Hujan (PAH) yang lebih memadai.
"Harus mereka buat aliran untuk PAH, nah inilah yang tidak mereka lakukan. Saya sudah perintahkan mereka untuk mensurvei dan segera mengerjakannya," tutupnya.
Sementara itu di tempat terpisah Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Siak Suprapto kepada Antara menjelaskan bahwa pihaknya sudah meninjau langsung kondisi SMP-SD Satap. Ia mengakui bahwa sekolah tersebut belum memiliki sumber air untuk kebutuhan kamar mandi.
"Kami dari Disdikbud tadi langsung membawa konsultan untuk membuat Rancangan Anggaran Biaya. Penggalian sumur bor akan dipindahkan ke tempat yang lebih rendah dari sekolah. Dikarenakan SMP -SD Satap berada di atas perbukitan sehingga sulit menemukan mata air," ungkapnya.
Dia menyebutkan, setelah RAB selesai, pengeboran sumur akan segera direalisasikan. Dia juga membantah jika Pemda tidak memberi perhatian pada sekolah tersebut.
Pemerintah daerah membangunnya dengan tujuan untuk menyukseskan wajib belajar sembilan tahun hingga ke daerah terpencil maupun perbatasan.
Suprapto menjelaskan, sekolah Satap dibangun sebagai sekolah kecil yang langsung ada SD dan SMP dalam satu kawasan. Sehingga tidak menyulitkan warga karena kondisi pemukiman di daerah tersebut menyebar dengan penduduk sedikit.
Dia sampaikan, seiring berkembangnya waktu murid yang sebelumnya sangat sedikit, kini sudah berkembang hingga status kedua sekolah pun berubah menjadi negeri.
SMP- SD Satap sebelumnya dipimpin oleh satu kepala sekolah, namun saat ini masing-masing sekolah sudah miliki kepala sekolah tersendiri.
Berdasarkan penelusuran, sekolah ini didirikan pada tahun 2009, dan beroperasi pada tahun 2011 silam.
Oleh: Nella Marni
Berita Lainnya
Riau tak persoalkan Oqta disebut bukan unggulan
03 October 2021 15:42 WIB
Disebut tak mampu selesaikan persoalan, Kades Tanjung Kulim diberhentikan
15 October 2020 20:13 WIB
Bryan tak mau disebut pahlawan meski bawa Fulham ke Liga Premier
05 August 2020 5:57 WIB
Tak Beri Komentar Tentang Nobel Sastra, Bob Dylan Disebut Arogan
24 October 2016 9:09 WIB
Boyong semua jajarannya ke Bapennas, Bupati Meranti sebut wilayahnya minim perhatian pusat
18 January 2023 18:38 WIB
Kebakaran di Peranap mengundang perhatian Bupati
19 October 2022 19:48 WIB
Produk UKM Inhu jadi perhatian saat MTQ ke-51
02 June 2022 17:12 WIB
Bupati Inhu apresiasi perhatian perusahaan pada masyarakat
19 August 2021 20:24 WIB