KLH Turunkan Tim Temui Patih Laman

id klh turunkan, tim temui, patih laman

Pekanbaru, 4/3 (ANTARA) - Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) menurunkan tim khusus untuk meninjau Patih Laman, penerima Kalpataru di Provinsi Riau, yang berencana mengembalikan penghargaan pelestarian lingkungan hidup akibat kerusakan hutan adat warga Talang Mamak. "Tim KLH melakukan evaluasi dan melihat langsung konsitensi Patih Laman menjaga hutan adatnya," kata Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Sumatra Sabar Ginting, kepada ANTARA di Pekanbaru, Kamis. Ia menjelaskan tim KLH beranggotakan lima orang yang turun ke Riau sejak Rabu(3/3) lalu. Selain bertemu langsung dengan Patih Laman di tempat tinggalnya di Sungai Ekok, Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, tim ini juga akan mencari informasi dari instansi yang kemungkinan mengerti dengan kerusakan hutan adat Suku Talang Mamak. Sejumlah instansi tersebut antara lain Dinas Perkebunan dan Badan Lingkungan Hidup Indragiri Hulu, Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) wilayah Rengat serta Badan Pertanahan Nasional (BPN). Patih Laman, tetua adat suku asli Riau Talang Mamak, menerima Kalpataru dari Presiden Megawati pada 2003. Ia juga pernah diberi award dari WWF Internasional di Kinibalu, Malaysia pada 1999. Patih berniat mengembalikan Kalpataru karena kesal dengan pemerintah yang dianggap tidak membantu memelihara hutan adat yang terdiri atas empat kawasan, yakni hutan Panguanan dan Panyabungan seluas 1.800 hektar, serta tiga kawasan hutan lainnya, yaitu hutan Sungai Tunu, hutan Pusaka Kelumbuk Tinggi Banir, dan hutan Durian Berjajar. Hutan yang merupakan kawasan penyangga Taman Nasional Bukti Tigapuluh (TNBT) tersebut luluhlantak oleh perambahan dan pembukaan perkebunan perusahaan. Hingga kini sedikitnya sekitar 1.904 hektar hutan adat masyarakat Talang Mamak, habis dibabat oleh para pendatang dalam dua tahun terakhir atau akhir tahun 2007 yang menyebabkan dua diantara empat kawasan hutan adat telah beralih fungsi jadi perkebunan sawit. Sedangkan, hutan yang masih tersisa yakni Hutan Keramat Rimba Puaka Durian Bejajar seluas 98,577 hektar dan Hutan Keramat Rimba Puaka Kelumbuk Tinggi Baner seluas 21,901 hektar.