Walhi Dukung Patih Laman Kembalikan Kalpataru

id walhi dukung, patih laman, kembalikan kalpataru

Pekanbaru, 8/2 (ANTARA) - Organisasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Riau mendukung Patih Laman, pemuka masyarakat Talang Mamak, mengembalikan Kalpataru sebagai bentuk kekecewaan karena minimnya dukungan pemerintah untuk menjaga hutan di Kabupaten Indragiri Hulu. "Walhi siap memfasilitasi untuk mempertemukan Patih Laman dengan Gubernur Riau ataupun pemerintah pusat," kata Direktur Walhi Riau, Hariansyah Usman di Pekanbaru, Senin. Ia mengaku sudah mengetahui niat Patih Laman (89) yang ingin mengembalikan Kalpataru langsung kepada gubernur Riau pada Senin (8/2). Namun, rencana tersebut gagal akibat Patih Laman yang sudah datang ke Pekanbaru sejak pekan lalu tidak memiliki dana untuk menginap dan Gubernur Riau Rusli Zainal tidak pula berada di Riau sejak sepekan terakhir. Menurut Hariansyah, pengembalian penghargaan lingkungan tersebut diharapkan dapat membuka mata pemerintah yang telah melakukan pembiaran terjadinya pengrusakan hutan alam. "Hutan alam suku Talang Mamak itu, dulunya begitu nikmat dipandang mata dan termasuk salah satu hutan dataran rendah yang tersisa di Indonesia. Namun sayang, kini kondisinya sudah luluh-lantah," katanya. Patih Laman menerima Kalpataru dari Presiden Megawati pada 2003 karena dinilai berhasil menjaga kelestarian hutan Panguanan dan Penyabungan seluas 1.813 hektare di Indragiri Hulu dengan kearifan lokal masyarakat Talang Mamak. Hutan tersebut digunakan untuk kebutuhan hidup masyarakat Talang Mamak yang bermukim di Desa Sungai Ekok, Kecamatan Rakit Kulim, Indragiri Hulu. Selain itu, Patih Laman juga pernah mendapatkan penghargaan bertaraf internasional dari WWF Internasional di Kinibalu, Malaysia pada 1999. Sebelumnya, Patih Laman mengaku sangat kesal dengan pemerintah yang dianggap tidak membantu masyarakat Talang Mamak untuk memelihara hutan adatnya. Kini hutan dataran rendah di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) tersebut rusak parah oleh perambahan dan pembukaan perkebunan perusahaan. Masyarakat Talang Mamak yang bermukim dikawasan penyangga TNBT itu sebelumnya memiliki empat kawasan hutan adat yang mereka sebut Hutan Keramat Rimba Puaka. Selain Panguanan dan Penyabungan juga Hutan Keramat Rimba Puaka Sungai Tunu seluas 104.933 hektare, Hutan Keramat Rimba Puaka Durian Jajar seluas 98.577 hektare dam Hutan Keramat Rimba Puaka Kelumbuk Tinggi Baner seluas 21.901 hektare. Keempat kawasan hutan yang menjadi tumpuan hidup masyarakat Talang Mamak itu kini hanya tinggal nama telah beralih fungsi menjadi kebun sawit. Itu sebabnya, bagi Patih Laman saat menerima penghargaan Kalpataru, ia berharap pemerintah akan menjaga hutan adatnya. Karena dalam pemahaman masyarakat asli hutan adalah sumber penghidupan. Namun, dalam kenyataannya penghargaan yang telah diterimanya itu menyebabkan hutan adat yang telah mereka jaga dan wariskan secara turun temurun lenyap dalam seketika. "Tak ada gunanya saya menyimpan penghargaan ini jika hutan sumber kehidupan kami terus saja dibabat," ujar Patih Laman. Talang Mamak merupakan salah satu suku asli di Riau yang bermukim di kawasan rimba Kabupaten Indragiri Hulu. Masyarakat asli Riau ini hidupnya masih sangat tradisional dan bergantung pada hasil hutan.