Waspadai Aliran Sesat Berlabel Thariqat Naqsabandiyah
Pekanbaru, 25/1 (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia mengimbau kepada masyarakat Muslim di tanah air agar mewaspadai aliran sesat dengan melabelkan diri sebagai Thariqat Naqsabandiyah yang mengajak mencari keridhoan Allah SWT. "Pasalnya Thariqat Naqsabandiyah sesat ini pernah ada di Kota Medan beberapa tahun silam," ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan, Prof H Mohammad Hatta, usai menghadiri pelantikan Mursyid Perwakilan Thariqat Naqsabandiyah Pekanbaru, H Ismail Royan, di Pekanbaru, Senin. Ketika itu, jelasnya, salah seorang di perkampungan suluk yang terletak di pinggir Sungai Deli, Kecamatan Medan Marelan, mengaku telah menjadi mursyid atau pimpinan yang membawahi sejumlah khalifah dalam pembinaan ajaran Islam itu. Padahal seorang mursyid harus diangkat oleh Tuan Guru Babussalam Langkat sebagai pusat pengembangan pembinaan ajaran Islam yang sekarang dipimpin oleh Tuan Syekh Haji Hasyim Al Syarwani. "Jadi orang yang dijadikan mursyid mengaku mendapat ilham karena itu banyak warga yang resah karena ajaran yang diterapkan pada pengikutnya telah menyalahi azas dan menyimpang dari ajaran agama," ujarnya. Karena itu warga diharapkan berpartisipasi aktif dalam mengawasi setiap thariqat yang dikembangkan di daerah setempat jika menyimpang dari ajaran Islam yang berpedoman pada Al Quran dan Hadist, katanya lagi. Di tempat yang sama, H Zulfikar Hajar, seorang pengikut Thariqat Naqsabandiyah mengatakan, thariqat yang diajarkan kepada umat Islam itu bertujuan untuk membersihkan rohani dari segala nafsu manusiawi. Seperti membersihkan hati dari prilaku yang dilarang dalam Islam, kemudian mengingatkan hati yang lalai dari ajaran Islam, hati yang sakit karena tidak suka dengan hal-hal bersifat kebajikan dan hati yang tertutup. "Intinya keempat ajakan itulah yang ada dalam thariqat yang mencari keridhoan tuhannya Allah SWT terhadap hambanya," jelas dia. Di Indonesia Thariqat Naqsabandiyah dikembangkan oleh Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan, seorang ulama besar di Kampung Besilam, Langkat, Sumatera Utara. Daerah yang bernama Babussalam atau Besilam itu dia bangun pada 12 Syawal 1300 Hijriah atau tahun 1883 Masehi yang merupakan wakaf dari muridnya sendiri bernama Sultan Musa al-Muazzamsyah, Raja Kesultanan Langkat pada masa itu. Syekh Abdul Wahab Rokan juga dikenal dengan sebutan Syekh Basilam yang merupakan murid dari Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Qubais, Mekkah, wafat di Besilam pada usia 115 tahun pada 21 Jumadil Awal 1345 H atau 27 Desember 1926 M, namun hingga kini makamnya masih ramai didatangi warga.