Oktober 2016, Ratusan Warga Pekanbaru Terjangkit DBD

id oktober 2016, ratusan warga, pekanbaru terjangkit dbd

Oktober 2016, Ratusan Warga Pekanbaru Terjangkit DBD

Pekanbaru (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru, Riau mencatat sejumlah 817 warga setempat sudah terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga Oktober 2016.

"Jumlah penderita tiap minggu terus mengalami peningkatan," kata Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru Helda S Munir di Pekanbaru, Senin.

Menurut Helda pihaknya mencatat laporan dari seluruh Pusat Kesehatan (Puskesmas) yang ada di Pekanbaru dan laporan Rumah Sakit.

"Dari 817 orang terjangkit DBD tersebut sejumlah 10 telah meninggal dunia," kata Helda.

Menurut Helda dari 12 Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru, penderita DBD paling banyak berada di Kecamatan Payung Sekaki dengan jumlah 132 orang.

Selanjutnya diikuti Kecamatan Marpoyan Damai dengan jumlah 109 orang, Tampan 100, Bukit Raya 87, sedangkan penderita terendah ada Kecamatan Sail dan Pekanbaru Kota masing-masing 25.

"Jumlah DBD tahun ini memang naik lebih dua kali lipat," tegas Helda.

Menurut Helda semakin tingginya kasus DBD di Pekanbaru dikarenakan beberapa faktor, khususnya kondisi cuaca pancaroba. Dimana musim hujan dan panas terjadi bergantian.

Selain juga akibat pola hidup dan budaya jorok yang dipelihara masyarakat. Karena sampah berupa wadah bekas sangat rentan jadi sarang nyamuk penyebab DBD.

Untuk itu Helda menyarankan dalam rangka menekan jumlah penderita DBD, pihaknya saat ini sudah melakukan beberapa upaya langkah pencegahan, mulai dari mengimbau agar masyarakat menggalakkan 3M plus hingga melakukan pengasapan ke wilayah-wilayah rawan DBD.

"Kami sudah berupaya maksimal namun kondisi cuaca saat ini tak menentu, kadang panas kadang hujan. Hal ini menyebabkan nyamuk Aedes Aegypti cepat berkembang biak," terang dia.

Sementara terkait pelaksanaan pengasapan yang saat ini sudah jarang dilakukan, Helda mengaku pihaknya sudah tidak bisa lagi mengakomodasi semua permintaan masyarakat. Hal itu dikarenakan keterbatasan alat dan obat.