Pekanbaru (Antarariau.com) - Kantor Perwakilan BI Provinsi Riau memprediksi inflasi Riau pada tirwulan III-2016 lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya.
"Sumber tekanan inflasi pada triwulan ini diperkirakan masih akan bersumber dari komoditas makanan," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Pekanbaru, Provinsi Riau, Ismet Isnono, dalam laporannya, Senin.
Menurut dia, kendati lebih tinggi dari 2015, inflasi pada akhir tahun 2016 mengalami revisi ke bawah dan diperkirakan masih akan mendukung sasaran inflasi sebesar 4+1 persen (yoy).
Ia mengatakan, kondisi cuaca yang berpotensi mengganggu produksi dan distribusi dan kebijakn pengalihan pelanggan, listrik rumah tangga dengan daya 900 VA (listrik bersubdisi) ke daya 1300 VA (listrik non subsidi) serta kenaikaan tarif listrik menjadi faktor yang memperkuat tekanan inflasi 2016.
"Upside risk" tahun 2016 adalah potensi meningkatnya cukai rokok, terbatasnya produksi pangan akibat pergeseran musim panen khsusunya komoditas padi, jagung dan kedelai (Pajale)," katanya.
Selain itu, fenomena lanina diperkirakan akan menguat terutama di Sumabgsel yang berpotensi menghambat pasokan komoditas hortikultura, serta menekan produksi ikan di daerah kepulauan.
Namun potensial "downside" tahun 2016 adalah kelanjutan realisasi infrastruktur pangan dan distribusi, program ketahanan pangan pemerintah pusat antara lain mendorong perluasan lahan pertanian.
"Potensial downside tahun 2016 juga muncul akibat terjaganya ekspektasi masyarakat, terdapat ruang penuruna suku bunga dan kebijakan impor pangan," katanya.