Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pemerintah Kota Pekanbaru, Provinsi Riau menyatakan hingga akhir Mei 2016 ini realisasi tender dan pengadaan barang/jasa untuk proyek fisik di wilayah setempat baru berkisar 15 persen.
"Memang agak melambat dari target yang ditetapkan semula," kata Pelaksana tugas Sekretaris Daerah Kota Pekanbaru, Dedi Gusriadi, di Pekanbaru, Senin.
Menurut Dedi melambatnya realisasi fisik tersebut erat kaitannya dengan rasionalisasi atau pemangkasan beberapa item kegiatan di masing-masing satker.
"Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masih rendah, akibat rasionaliasi anggaran," tegas Dedi lagi.
Ia menerangkan dari data sementara penggunaan APBD 2016, saat ini yang dia terima dari Kepala Bagian Pembangunan, realisasi fisik hanya 15 persen, sementara keuangan sekitaran 12 persen.
Besaran ini berbeda, karena untuk fisik agak lebih diatas keuangan sebab proses tender dan lelang barang/jasa tetap diupayakan berjalan walau dananya masih belum pasti.
Sementara untuk penggunaan berbagai pencairan masih direm, mengingat ketidak pastian sumber penerimaan hingga kini.
Dedi menambahkan, untuk mengetahui sejauh mana laporan masing-masing SKPD pihaknya akan melakukan rapat evaluasi.
"Kalau tidak ada halangan, Selasa (31/5/2016) kita akan menggelar rapat evaluasinya," katanya.
Ditempat yang berbeda Wali Kota Pekanbaru, Firdaus mengakui, walau melambat pelaksanaan proyek fisik tetap dilakukan.
"Kagiatan tetap jalan tetapi tidak kencang, karena harus menyesuaikan dengan resesi," katanya.
Ia menjelaskan APBN terganggu telah berdapak pada APBD Pekanbaru juga.
"Seperti informasi terbaru kami terima dari Kementerian Keuangan bahwa DAK yang akan diterima tidak semua bisa tender lelangkan," katanya mencontohkan.
Untuk itu Pekanbaru harus mengikuti irama tersebut, makanya dilakukan penajaman anggaran.
"Setakat ini Pekanbaru dua kali kena, pengurangan dari pusat, dan terganggunya penerimaan daerah akibat krisis," katanya menambahkan.
Sekedar informasi, APBD Kota Pekanbaru tahun anggaran 2016 berjumlah Rp3.101.957.629.485 dengan rincian, pendapatan Rp2.821.193.205.312 dan belanja Rp3.075.707.629.485 yang terdiri dari belanja tidak langsung Rp1.199.792.841.853 dan belanja langsung Rp1.875.914.787.632. Maka mengalami defisit Rp254.514.424.173.
Sementara untuk pembiayaan yang terdiri dari penerimaan Rp.280.764.424.173 dan pengeluaran Rp.26.250.000.000maka pembiayaan netto Rp.254.514.424.173 maka sisa lebih pembiayaan tahun berkenaan Rp0.