Maputo, (Antarariau.com) - Sembilan anggota konvoi yang membawa pemimpin oposisi Mozambik, Afonso Dhlakama, tewas dalam baku tembak, kata polisi, Sabtu, di tengah laporan yang bertentangan tentang bagaimana baku tembak terjadi.
Polisi mengatakan pria bersenjata dalam konvoi 12 kendaraan itu telah menembaki taksi minibus yang membawa warga sipil saat bepergian di dekat Imchope di Mozambik tengah, Jumat, sehingga menewaskan pengemudinya, sementara Renamo mengklaim bahwa konvoi itu telah disergap.
Itu adalah kedua kalinya dalam dua pekan konvoi yang membawa Dhlakama, mantan pemimpin pemberontak yang masih berselisih dengan pemerintah, telah terlibat dalam penembakan.
"Menurut laporan kami, tampaknya minibus terlalu dekat dengan konvoi Renamo ini, yang berpikir minibus itu melakukan serangan, sehingga mereka melepaskan tembakan," kata komandan polisi Armando Mude kepada AFP.
Sopir minibus tewas dan tiga penumpang mengalami luka-luka, katanya.
Ketika polisi tiba di tempat kejadian baku tembak terjadi dan "sembilan korban tewas dilaporkan antara jajaran Renamo", kata Mude.
Anggota Renamo yang selamat -- tampaknya termasuk Dhlakama -- melarikan diri ke semak-semak dan operasi polisi terus dilakukan di daerah itu, katanya.
"Ini merupakan upaya besar untuk mencegah aksi warga. Mereka marah pada Renamo dan membakar mobil mereka yang ditinggalkan oleh kelompok bersenjata itu sebelum melarikan diri ke semak-semak."
Dia mengatakan ada delapan orang bersenjata di setiap kendaraan konvoi Renamo.
Juru bicara Renamo Antonio Muchanga kepada AFP bahwa Dhlakama tidak terluka setelah "disergap untuk kedua kalinya dalam dua minggu" dan bersembunyi.
Pada tanggal 12 September, Dhlakama juga lolos tanpa cedera setelah konvoinya ditembak saat ia kembali dari reli di provinsi Manica.
Renamo mengatakan itu adalah "serangan yang direncanakan" oleh partai yang berkuasa Frelimo dan mengancam pembalasan.
Situasi politik di Mozambik telah stabil selama berbulan-bulan dengan Dhlakama menolak untuk mengakui hasil pemilu 2014 dan mengancam untuk merebut kekuasaan dengan kekerasan di bagian utara negara itu.
Renamo mengobarkan perang saudara selama 16-tahun terhadap pemerintah Frelimo, yang berakhir pada tahun 1992.