MPR Ajak Militer-Sipil Tingkatkan Soliditas

id mpr ajak militer-sipil tingkatkan soliditas

MPR Ajak Militer-Sipil Tingkatkan Soliditas

Jakarta, (Antarariau.com) - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengajak seluruh elemen militer dan sipil meningkatkan soliditas, sehingga menghasilkan lebih banyak hal positif.

"Bila rakyat dan tentara bersatu dan saling peduli, maka banyak hal-hal positif yang dapat dilakukan dan dihasilkan," katanya saat menjadi khatib shalat Idul Adha di Lapangan Markas Batalyon Zeni Konstruksi 14 TNI AD, Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan rakyat tidak bisa sendirian bekerja, begitu pula TNI tidak bisa menjaga kedaulatan sendirian.

Menurut dia, rakyat dan TNI harus manunggal, kompak, bersatu dan bekerja sama, serta salah satu jembatannya adalah pengamalan ajaran agama, apalagi mayoritas mutlak warga sipil di Indonesia adalah Muslim.

"Sejarahpun membuktikan bagaimana kekompakan TNI dan umat Islam hadirkan sukses menjaga kedaulatan RI dan keutuhan serta kedaulatan NKRI," ujarnya.

Dia mencontohkan peristiwa yang dikumandangkan seperti "resolusi jihad" oleh tokoh-tokoh besar seperti Panglima Besar Jenderal Soedirman, dan Bung Tomo, sampai pada penggagalan kudeta tahun 1948 maupun 1965.

Hal itu, menurut dia, adalah bukti nyata kedekatan dan soliditas TNI AD dengan umat Islam membawa keberkahan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Kita bisa melihat bagaimana dahulu program ABRI masuk desa berhasil membangun solidaritas, kepedulian, kebersamaan, kekompakan antara TNI dan rakyat," katanya.

Hidayat menjelaskan program AMD ketika itu bersama-sama rakyat membangun desa, membangun rumah ibadah, membangun irigasi dan bendungan.

Bahkan di beberapa tempat, menurut dia, ketika terjadi bencana alam, TNI dan rakyat bahu membahu menolong korban, mencari yang hilang dan membawa serta membagikan logistik serta menghibur korban bencana.

"Seperti saat tsunami di Aceh, gunung meletus di Jogja dan daerah lainnya. Sebuah kebersamaan yang sangat solid yang ditunjukkan oleh para pendahulu dan pejuang negeri ini," katanya.

Dia mengatakan bangsa Indonesia terdiri dari dua kekuatan besar, yaitu kekuatan militer dan sipil, keduanya telah bersinergi dan berhasil membawa bangsa merdeka.

Menurut dia, dalam sejarah bangsa Indonesia, TNI sebelum diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 3 Juni 1937, merupakan kekuatan sipil atau kekuatan rakyat yang bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).

"Kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan selanjutnya diubah kembali menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI)," katanya.

Dia menjelaskan, walaupun TNI pernah berubah nama menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada tahun 1962, namun pada tanggal 1 April 1999 TNI sebutan ABRI sebagai tentara dikembalikan menjadi TNI.

Pewarta :
Editor: Antara
COPYRIGHT © ANTARA 2015

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.