Jakarta, (Antarariau.com) - Inovasi menjadi suatu hal yang krusial bagi para pelaku UKM di Indonesia, bahkan ASEAN yang kini sedang menghadapi ancaman dampak krisis, belum termasuk efek langsung pemberlakuan pasar tunggal Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Kata kunci itulah yang ingin disampaikan Gubernur Bank Sentral Malaysia Zeti Akhtar Aziz dalam ASEAN SME Conference 2015 di Kuala Lumpur beberapa waktu lalu.
Isu yang disampaikan Zeti kemudian menjadi kekinian bahkan ketika diimplementasikan di Indonesia yang juga sedang dihadapkan pada dampak menurunnya harga beli masyarakat lantaran semakin melemahnya nilai mata uang rupiah dalam beberapa waktu terakhir.
Ia berpegang teguh pada prinsip bahwa industri UKM di ASEAN yang mengadopsi teknologi baru akan lebih sukses dari sisi ekonomi di era pasar tunggal dan krisis ekonomi.
Studi yang dilakukan Boston Consulting Group (BCG) mengamini kajian Zeti bahwa UKM yang menggunakan teknologi lebih mudah mengembangkan bisnisnya dan mampu menurunkan biaya produksi, hingga mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja mereka.
Itulah yang mestinya diterapkan di Tanah Air di tengah badai krisis pelemahan rupiah yang kini menjadi salah satu ancaman UKM.
Namun sampai detik ini Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga masih menyatakan keyakinannya bahwa pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS belum berdampak bagi pelaku koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah (KUMKM) di Indonesia.
"Ini belum akan dirasakan signifikan khususnya bagi sebagian besar UMKM yang produknya tidak menggunakan bahan baku impor. Bahan baku mereka menggunakan produk lokal. Jadi, gonjang-ganjing rupiah belum berdampak untuk mereka," kata Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Puspayoga.
Ia menegaskan selama ini para pelaku koperasi dan UMKM kerap kali menjadi "bantalan" paling efektif saat krisis dan resesi ekonomi terjadi karena nyaris tidak merasakan dampak krisis yang ada.
Namun, Puspayoga mengakui bahwa pelemahan rupiah baru akan berdampak bagi UKM yang menggunakan produk impor.
"Jelas berdampak karena impor itu terkait kurs rupiah terhadap dolar. Ditambah lagi dengan kurangnya daya beli masyarakat untuk bisa membeli produk tersebut," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Manggarai Timur Yoseph Tote mengamini pernyataan Menkop.
Menurut Bupati, koperasi dan UMKM di wilayahnya hingga kini belum terkena dampak dari melemahnya rupiah.
"Tidak ada pengaruh, karena semua kebutuhan masyarakat menggunakan produk murni lokal hasil UKM. Ekonomi wilayah kami terbantu dengan adanya kekuatan pelaku usaha koperasi dan UMKM," kata Yoseph.
Bahkan, lanjut Yoseph, hasil dari sumber daya alam di Manggarai Timur seperti kopi, cengkeh, dan cokelat diekspor ke Eropa.
Sementara Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Temanggung Jawa Tengah Rony Nurhastuti menyebutkan hal serupa.
Dia mengatakan, di wilayahnya tidak terpengaruh pelemahan rupiah karena hampir semua produk UMKM di daerahnya menggunakan bahan baku dari dalam negeri.
"Bahkan, beberapa produk seperti kopi diekspor ke luar negeri. Sedangkan produk makanan ringan asal Temanggung sudah masuk pasar lokal Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan sebagian Pulau Jawa", kata Rony.
Beberapa produk UMKM daerahnya yakni kopi jenis Arabika merek Sindoro Sumbing bahkan telah diekspor ke Korea Selatan.
Bersambung bag.II