Memopulerkan Keberagaman Seni Budaya Indonesia Di Eropa

id memopulerkan keberagaman, seni budaya, indonesia di eropa

Memopulerkan Keberagaman Seni Budaya Indonesia Di Eropa



Sambungan dari hal 1..

FBF 2015

Sementara itu, Frankfurt Book Fair (FBF) di Jerman memang dikenal sebagai ajang rimba buku, di mana para profesional industri buku dunia, baik format cetak maupun digital, berkumpul untuk menampilkan kreasi-kreasi terbaru mereka.

Mulai dari penerbit, penjual, agen, produser film sampai penulis buku turut berpartisipasi di pameran buku tertua dan terbesar di dunia ini. FBF sudah digelar sejak abad ke-15, seiring diciptakannya mesin tik untuk pertama kali oleh Johannes Gutenberg.

President of Frankfurt Book Fair (FBF) Juergen Boos, saat hadir di Jakarta pada Februari 2015, menyatakan sebagai tamu kehormatan, Indonesia diharapkan menunjukkan identitas dirinya yang dimanifestasikan dalam musik, tarian, literatur, atau pameran seni lainnya.

Dikatakannya, FBF 2015 yang akan berlangsung 14-18 Oktober ingin menyajikan budaya Indonesia dalam peta literatur, dan rakyat Jerman serta para pengunjung dari negara lain di pameran tersebut tentu akan sangat penasaran dengan apa yang akan ditampilkan dari peradaban Indonesia.

"Apa yang kita harapkan dari Indonesia adalah keterbukaan, 120 negara akan mengikuti ajang ini. Kami ingin melihat apa yang berbeda dari Indonesia, apa yang terjadi di Indonesia saat ini, apa yang akan terjadi di Indonesia di masa depan. Ini bukan sekadar ajang menampilkan budaya tapi juga untuk saling bertukar budaya," kata Juergen Boos.

Untuk menjawab tantangan tersebut, pada puncak FBF 2015, Indonesia juga akan menampilkan sejumlah kegiatan seperti pameran naskah kuno, arsitektur, fotografi, festival film, pertunjukan seni tradisi dan kontemporer, serta acara seminar tentang perkembangan peradaban Indonesia.

"Kami juga akan memamerkan karya instalasi bambu dari Joko Dwi Avianto, fotografi oleh fotografer senior LKBN Antara Oscar Matuloh, tarian oleh Eko Supriyanto, serta karya mural," kata Goenawan Muhamad.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri telah menganggarkan dana sebesar 10 juta Euro atau sekitar Rp146 miliar untuk kegiatan FBF 2015.

Selain pemerintah, banyak pula pihak swasta yang turut membantu dan mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut.